Hallo sahabat Sejuta Informasi Kita, Pada Artikel yang anda baca kali ini dengan judul PENGENDALIAN HAMA DAN PENYAKIT PADA IKAN KERAPU MACAN, kami telah mempersiapkan artikel ini dengan baik untuk anda baca dan ambil informasi didalamnya. mudah-mudahan isi postingan yang kami tulis ini dapat anda pahami. baiklah, selamat membaca.
Ikan kerapu merupakan ikan bernilai ekonomis tinggi dan permintaan kerapu hidup untuk konsumsi semakin meningkat. Selama ini kebutuhan akan ikan kerapu ukuran konsumsi diperoleh dari penangkapan di alam, yaitu di perairan karang.Dalam budidaya, keberhasilan di bidang produksi sangat ditentukan oleh beberapa faktor antara lain penyediaan benih, kualitas air, pengelolaan dan sebagainya. Penyakit merupakan salah satu kendala utama dalam keberhasilan produksi yang sangat merugikan. Timbulnya penyakit adalah suatu proses yang dinamis dan merupakan interaksi antara inang (host), jasad penyakit (patogen) dan lingkungan. Lingkungan terutama sifat fisik, kimia dan biologi perairan akan sangat mempengaruhi keseimbangan ikan sebagai inang dan organisme penyebab penyakit. Lingkungan yang baik akan meningkatkan daya tahan ikan, sedangkan lingkungan yang kurang baik akan menyebabkan ikan mudah stress dan menurunkan daya tahan tubuh terhadap serangan patogen.
Tingkat keberhasilan usaha budidaya ikan selain ditentukan oleh pemberian pakan yang tepat juga sangat ditentukan oleh kondisi lingkungan tempat hidupnya. Dinamika kondisinya sangat mudah terpengaruh oleh bahan kimia terlarut, iklim mikro dan perlakuan yang dilakukan. Oleh karena itu kita harus memahami kualitas air dan interaksinya.
KLASIFIKASI
Klasifikasi Ikan kerapu macan (Epinehelus fuscoguttatus) digolongkan pada :
Class : Chondrichthyes
Sub class : Ellasmobranchii
Ordo : Percomorphi
Divisi : Perciformes
Famili : Serranidae
Genus : Epinephelus
Species : Epinepheus sp
MORFOLOGI
Ikan kerapu bentuk tubuhnya agak rendah, moncong panjang memipih dan menajam, maxillarry lebar diluar mata, gigi pada bagian sisi dentary 3 atau 4 baris, terdapat bintik putih coklat pada kepala, badan dan sirip, bintik hitam pada bagian dorsal dan poterior.
HABITAT DAN KEBIASAAN MAKAN
benih ikan kerapu macan adalah pantai yang banyak ditumbuhi algae jenis reticulata dan Gracilaria sp, setelah dewasa hidup di perairan yang lebih dalam dengan dasar terdiri dari pasar berlumpur. Ikan kerapu termasuk jenis karnivora dan cara makannya "mencaplok" satu persatu makan yang diberikan sebelum makanan sampai ke dasar. Pakan yang paling disukai kenis krustaceae (rebon, dogol dan krosok), selain itu jenis ikan-ikan (tembang, teri dan belanak).
CARA BERKEMBANG BIAK
Di dalam tangki percobaan ikan betina yang telah dewasa bila akan memijah mendekati jantan. Bila waktu memijah tiba, ikan jantan dan betina akan berenang bersama-sama dipermukaan air. Pemijahan terjadi pada malam hari, antara pukul 18.00 sampai pukul 22.00. jumlah telur yang dihasilkan tergantung dari berat tubuh betina, contoh betina berat 8 kg dapat menghasilkan telur 1.500.000 butir. Telur yang telah dibuahi bersifat "non adhesive" yaitu telur yang satu tidak melekat pada telur yang lainnya. Bentuk telur adalah bulat dan transparan dengan garis tengah sekitar 0,80 -0,85 mm. Telur yang telah dibuahi akan menetas menjadi benih yang aktif berenang. Benih inilah yang umum tertangkap oleh nelayan. Kelimpahan benih ikan kerapu ini sepanjang tahun tidak sama. Kelimpahan yang paling tinggi disekitar Teluk Banten terjadi pada bulan Februari sampai April.
BUDIDAYA IKAN KERAPU
Ikan kerapu yang telah berhasil dibenihkan diantaranya adalah ikan kerapu tikus, kerapu macan, kerapu lumpur dan kerapu malabar. Sedangkan kerapu alis/Napoleon dan kerapu sunu masih dalam penelitian. Dalam teknik pembenihan untuk ikan kerapu tikus, macan, malabar dan lumpur pada prinsipnya sama.
TEKNIK PEMBENIHAN
Pemijahan induk
Keberhasilan pemijahan induk ikan kerapu merupakan kunci awal dari seluruh mata rantai kegiatan produksi benih ikan kerapu. Dengan pengelolaan induk yang baik akan dihasilkan produksi telur dengan mutu yang baik sehingga pada akhirnya akan diharapkan produksi benih ikan kerapu dengan sintasan yang tinggi.
a. Pengelolaan induk
Induk ikan kerapu berasal dari hasil penangkapan di alam. Induk dipelihara dalam bak beton berbentuk bulat ( 10 meter dan kedalaman 3 meter). Bak pemeliharaan induk juga sekaligus merupakan bak pemijahan. Sirkulasi air dalam bak pemeliharaan induk dilakukan terus menerus sebanyak 200 - 300 % setiap harinya dengan menggunakan pompa elektromotor 20 PK ( pipa 8”) kemudian dilengkapi pipa distribusi ke dalam bak induk dengan 4”. Dalam bak diberi aerasi sebanyak 20 titik dengan jarak titik satu dengan yang lainnya kurang lebih 2 meter. Untuk menjaga kualitas air dalam bak induk tetap prima dilakukan dengan mengatur pembuangan air atas dan air bawah. Siang hari dilakukan pembuangan air bawah dan malam hari dilakukan pembuangan air atas. Selama masa pemeliharaan induk, dilakukan pemberian pakan berupa ikan segar dengan kandungan lemak rendah. Jenis-jenis ikan yang biasa diberikan pada induk ikan kerapu adalah ikan layang, ikan selar, ikan teri, ikan belanak dan cumi-cumi. Dosis pemberian pakan adalah 3-5 % dari total berat induk Pemberian pakan dilakukan pagi hari antara jam 07.00 – 08.00 I setiap harinya. Induk juga diberikan tambahan vitamin E @ tocopherol (Nature E) dengan dosis 100 IU per kg induk per minggu yang bertujuan untuk memacu perkembangan gonade ikan. Sedangkan untuk menambah daya tahan induk terhadap serangan penyakit diberikan vitamin C dengan dosis 50 mg/kg induk setiap 2 minggu sekali. Induk juga diberikan vitamin B-Compleks dengan dosis 50 mg/kg induk per 2 minggu sekali dengan tujuan untuk menambah nafsu makan ikan.
b. Pemijahan induk
Metoda pemijahan ikan kerapu pada dasarnya dapat dilakukan dengan manipulasi hormonal (aplikasi hormon steroid) dan manipulasi lingkungan. Pemijahan alami dengan manipulasi lingkungan. Setiap pagi, setelah induk kerapu diberi makan, air dalam bak pemijahan diturunkan sampai kedalaman ± 50 cm diatas sirip punggung. Kondisi ini dibiarkan selama 5-7 jam dan air masuk (inlet) tetap dibiarkan mengalir. Perlakuan ini dapat menaikkan suhu air + 1-3o C. Kemudian pada sore hari mulai jam 15.00, dilakukan penambahan air laut segar sampai mencapai ketinggian optimal (3 meter) dan dilakukan sirkulasi sepanjang malam hari. Perlakuan ini dilakukan secara terus menerus sampai terlihat tanda-tanda birahi. Ciri-ciri induk ikan kerapu betina yang siap memijah adalah perut gendut dan lubang genital kemerahan. Sedangkan untuk induk jantan yang matang gonade mempunyai ciri-ciri kulit lebih terang, agresif (selalu mengejar betina) dan lubang genital kemerahan. Pemijahan ikan kerapu terjadi pada bulan gelap (bulan lunar) yaitu antara tanggal 20 – 10 bulan lunar dan terjadi pada malam hari antara jam 20.00 – 02.00
c. Panen telur
Telur ikan kerapu hasil pemijahan yang baik mempunyai ciri-ciri berbentuk bulat, 700-800 mikron, melayang di permukaan air dan transparan. Sedangkan telur yang jelek atau tidak berkembang selnya dengan sempurna mempunyai kenampakan keruh dan setelah beberapa saat ditampung akan mengendap. Setiap kali terjadi pemijahan induk, telur ditampung dalam bak penampungan telur yang dilengkapi jaring hapa (egg collector). Pemanenan telur dilakukan pada pagi hari antara jam 06.00 – 07.00. Telur hasil panenan ditampung dalam akuarium dan dilakukan seleksi dan penghitungan jumlah telur dengan metoda volumetri. Setelah 18 – 25 jam dari saat pembuahan, pada suhu 27 – 28o C telur ikan kerapu akan menetas.
Pemeliharaan larva
Kegiatan pemeliharaan larva dimulai dari persiapan bak, penebaran dan penetasan telur, perkembangan larva, pakan dan pemberian pakan, pengelolaan kualitas air, penanggulangan penyakit dan panen benih.
a. Persiapan bak
- Bak pemeliharaan larva berbentuk segi empat dengan volume 12,5 ton (5 x 2 x 1,25 meter).
- Sebelum diisi bak dibersihkan dengan kaporit (100-150 ppm), dibilas dengan air tawar dan sabun serta kemudian dikeringkan.
- Aerasi yang digunakan untuk mensuplai oksigen dipasang dengan jarak antar titik sekitar 50 cm.
- bak diisi dengan air laut. Air laut disaring melalui filter pasir. Salinitas air laut berkisar 30 – 32 ppt. Pengisian dilakukan sehari sebelum penebaran telur serta diberi aerasi kuat selama 24 jam. Hal ini dimaksudkan untuk mempertinggi kadar oksigen terlarut yang berguna untuk penetasan telur.
b. Penebaran telur
- Setelah persiapan bak selesai, telur ditebar dengan kepadatan telur yang ditebar antara 10-20 butir/lite. Penebaran telur dilakukan setelah perkembangan embrio mencapai stadia neurola akhir, karena dari hasil pengamatan pada stadia ini perkembangan embrio sampai menetas memerlukan waktu relatif lama. Telur yang ditebarkan sebelum stadia neurola sering terjadi kerusakan karena perkembangan stadia sebelumnya (blastula dan gastrula) sangat sensitif terhadap perubahan lingkungan dan perkembangan embrio pada stadia tersebut berjalan relatif cepat.
- Telur menetas antara 18-20 jam setelah pemijahan pada suhu 27-190C.
- Larva ikan kerapu baru menetas disebut sebagai D-0. Untuk menjaga kualitas air, cangkang-cangkang telur dan telur yang tidak menetas segera disiphon.
c. Perkembangan larva
- Pada saat awal penetasan, aerasi dikecilkan. Hal ini dimaksudkan agar larva kerapu yang baru menetas tidak teraduk oleh arus yang ditimbulkan aerasi.
- Pada saat menetas (D-0) sampai D-2, larva kerapu belum memanfaatkan pakan dari luar karena masih memiliki cadangan pakan berupa kuning telur.
- larva mulai membutuhkan pakan dari luar yaitu rotifera (Brachionus plicatilis).
- Pada umur D-8, bakal sirip punggung dan sirip perut mulai tampak berupa tonjolan. Pada D-10 tonjolan tersebut sudah terlihat panjang dan berbentuk spina. Pertambahan panjang spina berlangsung sampai D-30 s/d D-35 dan selanjutnya akan berubah bentuk menjadi duri keras pertama pada sirip punggung dan sirip perut.
- Pada D-40, larva ikan kerapu sudah mulai menjadi ikan muda, hal ini ditandai dengan timbulnya pigmentasi warna putih transparan sampai coklat muda (krem) seperti ikan dewasa.
d. Pakan dan pemberian pakan
- Pakan yang dipersiapkan untuk larva ikan kerapu terdiri dari pakan alami dan pakan buatan. Pakan alami yang dipersiapkan melalui kultur massal secara terpisah seperti Chlorella Sp. ; rotifera (Brachionus plicatilis); Artemia dan jambret (Mysidaceae).
- Sedangkan pakan buatan diberikan untuk melengkapi kebutuhan nutrisi larva jika pakan alami tidak mencukupi.
e. Pengelolaan kualitas air
- Dilakukan penyiponan dasar bak bila terlihat dasar bak kotor, larva juga diberikan Chlorella Sp. dengan kepadatan 250-300 ribu sel/ml. Pemberian Chlorella Sp. ini terus dilakukan sampai larva berumr D-30.
- Pergantian air juga dilakukan sesuai dengan umur larva. Pada D-5 sampai D-9 pergantian air 5 % per hari. Pada D-10 sampai D-19 pergantian air 10-15 % per hari. D-20 sampai D-30 pergantian air 20-30 % per hari dan mulai D-30 pergantian air dilakukan 50 % per hari.
- Pemanenan dapat dilakukan setelah larva berumur 50 - 90 hari atau telah mencapai ukuran panjang 4-5 cm (2”).
TEKNIK PEMBESARAN IKAN KERAPU
Kegiatan budidaya ikan kerapu yang sudah mulai berkembang adalah pembesaran dalam karamba jaring apung (KJA) di laut. Meskipun begitu, tidak tertutup kemungkinan untuk budidaya ikan kerapu di bak terkontrol secara intensif maupun di kolam air laut (tambak).
Pembesaran di KJA
a. Pemilihan lokasi
faktor yang perlu diperhatikan untuk menunjang keberhasilan kegiatan budidaya ikan kerapu di KJA adalah pemilihan lokasi. Parameter yang perlu diperhatikan dalam pemilihan lokasi tersebut adalah:
• Lokasi terlindung dari gangguan angin dan gelombang yang kuat. Kedalaman air minimal 15 m,
• Lokasi harus terhindar dari pengaruh pencemaran, mudah diperoleh sarana dan prasarana yang diperlukan. Selain itu lokasi tersebut memenuhi persyaratan fisika dan kimia air seperti :
- Salinitas 20-35 ppt
- Suhu 27-32oC
- DO > 5 ppm
- PH 7,5-9,0
- Ammonia dan nitrit < 0,1 ppm
b. Sarana budidaya
• Kerangka/rakit : berfungsi untuk menempatkan kurungan (jaring), terbuat dari bahan bambu, kayu atau pipa galvanis yang telah dicat anti karat. Bentuk dan ukuran kerangka/rakit bervariasi tergantung dari ukuran yang digunakan, sebuah rakit biasanya terdiri dari empat buah kurungan (jaring).
• Pelampung : berfungsi untuk mengapungkan keseluruhan sarana budidaya, dapat digunakan pelampung dari bahan drum oplastik, drum besi atau pelampung styrofoam. Ukuran dan jumlah pelampung yang dipergunakan disesuaikan dengan besarnya beban dan daya apung dari pelampung, Pelampung diikatkan pada rakit dengan tali polyethylene (PE) 0,8-1,0 cm.
• Kurungan atau wadah untuk memelihara ikan : terbuat dari bahan polyethylene (PE). Pemilihan bahan-bahan ini didasarkan atas daya tahannya terhadap pengaruh lingkungan dan harganya relatif lebih murah jika dibandingkan degan bahan-bahan yang lain. Bentuk dan ukuran kurungan bervariasi dan sangat dipengaruhi oleh jenis ikan yang dibudidayakan, ukuran ikan, kedalaman perairan serta faktor kemudahan dalam pengelolaannya. Ukuran kurungan ummnya adalah (2 x 2 x 2) m3; (3 x 3 x 3)m3 atau (3 x 3 x 5) m3. Lebar mata (mesh size) kurunga disesuaika degan ukuran ikan yang dibudidayakan, misalnya untuk ikan panjang kurang dari 10 cm lebar mata digunakan adalah 8 mm (5/16 “), panjang ikan 10-15 cm lebar mata 25 mm (1”) serta apabila panjang ikan > 15 cm lebar mata adalah 25-50 mm (1-2”)
Jangkar : berfungsi untuk menahan keseluruhan sarana budidaya agar tetap pada tempatnya. Jangkar yang dipergunakan harus mampu menahan sarana budidaya dari pengaruh arus, angin dan gelombang. Jangkar dapat terbuat dari besi, karungberisi pasir atau balok semen/beton. Jangkar diikat dengan tali PE dan panjangnya tergantung kedalaman perairan, biasanya 3 kali kedalaman perairan pada saat pasang tinggi.
Tehnik Pembesaran
• Penebaran Benih : Benih ikan kerapu ukuran panjang 4-5 cm (2”) dari hasil tangkapan di alam maupun dari hasil produksi di tempat pembenihan (hatchery) biasanya didederkan terlebih dahulu dalam bak beton atau waring nylon sampai mencapai ukuran glondongan (10 cm) untuk kemudian ditransfer ke karamba jaring apung di laut sampai mencapai ukuran konsumsi. Padat penebaran untuk benih yang beratnya 20-50 gram/ekor adalah 100 ekor/m3 .
• Pakan : Pakan yang biasanya diberikan dalam pembesaran ikan kerapu adalah ikan rucah (trash fish) dalam bentuk segar, seperti ikan selar, tamban atau layang. Jenis ikan ini mengandung protein tinggi dan kadar lemaknya rendah. Rasio konversi pakan biasanya berkisar antara 7-8, artinya untuk mendapatkan daging ikan 1 kg diperlukan 7-8 kg ikan rucah. Pakan yang diberikan sebaiknya dalam keadaan segar dengan dosis 5-10 % dari bobot biomas setiap harinya.
Pengelolaan ikan : Kurungan apung sebagai tempat untuk membudidayakan ikan kerapu merupakan lingkungan yang terbatas, sehinga kebebasan ikan terbatas pula. Akibat dari keadaan ini terjadi pertumbuhan yang tidak
• seragam karena adanya persaingan dalam mendapatkan makanan, ruang gerak maupun perbedaan aktivitas ikan.
• Untuk itu dilakukan penjarangan dengan jalan mengurangi kepadatan dipindah ke jaring lainnya.
• Pengelolaan sarana budidaya : Sarana budidaya berupa rakit, kurungan apung, pelampung dan sarana lainya harus mendapat perawatan secara berkala.
• Pengendalian Penyakit : Penyakit yang banyak menyerang ikan kerapu yang dibudidayakan dalam karamba jaring apung adalah disebabkan oleh krustacea, trematoda, protozoa, jamur, bakteri dan virus. Krustacea dan trematoda biasanya menyerang insang, sedangkan protozoa, jamur, bakteri dan virus menyerang bagian tubuh yang luka. Gejala ikan kerapu yang sakit berbeda-beda tergantung penyakit yang menyerangnya serta daya tahan tubuh ikan yang diserang. Gejala tersebut harus diketahui untuk menentukan cara pengendalian yang tepat dan efisien.
Panen : Ukuran panen dapat disesuaikan dengan permintaan pasar. Biasanya ukuran yang dikehendaki pasar (ukuran konsumsi) adalah 0,5-1,5 kg per ekor ikan. Untuk mencapai ukuran 500-800 gram, ikan kerapu tikus berbobot tebar 20-50 gram harus dipelihara selama 10-12 bulan. Sedang untuk kerapu macan membutuhkan waktu 6-8 bulan.
• Selama masa pemeliharaan diperlukan seleksi ukuran (grading) setetah bulan kelima untuk mengurangi variasi ukuran yang terlalu tajam sehingga diharapkan ukuran panen pada bulan ke-12 adalah relatif seragam. Ikan kerapu tikus mempunyai harga jual yang tinggi biasanya dalam keadaan hidup. Untuk itu penanganan pasca panen juga harus dilakukan dengan sangat hati-hati.
PENANGANAN PENYAKIT IKAN
Pengobatan Dengan Bahan Kimia dan Bahan Alami
Tanaman Saga (Abrus preccatorius L.)
Saga dapat ditemukan pada daerah tropis dan subtropis, tumbuh liar di hutan berupa belukar liar atau ditanam di pekarangan sebagai tanaman obat. Asalnya ada yang mengatakan dari Asia dan Afrika serta dapat ditemukan dari 1-1.000 m dpl. Tanaman perdu yang memanjat dan membelit pada pagar atau tanaman lain. Pokok batangnya kecil, daunnya berupa daun majemuk menyirip genap yang tumbuh berseling, panjang 4-11 cm. Anak daun 8-17 pasang, helai daun bentuknya jorong melebar. Bunga kecil-kecil dengan mahkota bunga berbentuk kupu-kupu, warna ungu muda tumbuh mengumpul dalam tandan yang keluar dari ketiak daun. Buahnya buah polong berwarna hijau kuning, gepeng persegi empat memanjang. Buah bila masak menjadi kering berwarna hitam dan pecah sendiri, berisi 3-6 butir biji yang bentuknya bulat lonjong warna merah mengkilap berbecak hitam.
C. Sifat Kimia dan Efek farmologis
• Biji ; pedas, pahit, netral, sangat beracun, membunuh parasit (parasiticide), anti radang, melancarkan pengeluaran nanah. Tidak dianjurkan untuk pemakaian dalam (diminum/dimakan).
• Akar, batang, dan daun ; manis, netral, membersihkan panas, anti radang, peluruh kencing (diuretik).
Akar ; perangsang muntah (emetikum).
• Daun ; penyejuk (demulcent) pada kulit dan selaput lendir.
Kandungan Kimia
• Biji ; Abrine, Abraline, L (+)-hypaphorine, choline, trigoneline, squalene, betaamyrin, Abrussic dan asam gallat.
• Akar,batang dan daun ; Glycyrrhisic acid. Abrinee (jequiritin) suatu albumin tumbuhan, senyawa ini sangat toksit, larut dalam larutan natrium klorida, mempunyai titik lebur 295oC dan dapat menghambat pertumbuhan Ehrlich ascites pada mencit.
Bagian Yang Dipakai
• Biji, pemakaian luar untuk kudis, kurap, radang kulit bernanah, ekzema, bisul, memar. Bercak putih dikulit (leucoderma), sakit pinggangSebagai obat tetes untuk pengobatan penyakit mata kronis seperti trachoma da kerusakan pada kornea.
• Daun, Bengkak (memar), Sakit otot (rhematism), Bercak-bercak berwarna pada kulit yang terpapar (freckies)
Cara pemakaian
Bercak putih dikulit (Leucoderma) ; biji saga dan daun ditumbuk halus , lalu ditambahkan sedikit air sampai menjadi adonan seperti bubur pekat. Dipakai untuk menurap bercak putih dikulit.
Tanaman Sambiloto (Andrographis paniculata)
Tanaman semak banyak cabangnya, tinggi mencapai 90 cm , buanga berwarna putih dengan daun berwarna hijau tua. Daun mengandung minyak atsiri yang bermanfaat sebagaianti radang. Selain itu juga mengandung zat andrographolid yang pahit rasanya, alkaloid, dan kalium.
Kandungan ilmiah yang dimiliki antara lain flavonoid, alkane, keton, aldehid, asam kersik dan andrografolid (pahit) dan mineral. Kandungan aktif andrografolid merupakan pelindung untuk sel hati dari kandungan racun.
DAFTAR PUSTAKA Anonim, 1993. Petunjuk Pelaksanaan Penangulangan Penyakit Ikan. Direktorat Sumber Hayati. Ditjen Perikanan. Jakarta.
Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia Vol. III No. 4 Tahub 1997
Prof. H. M. Hembing Wijayakusuma, et. al. 1998, Tanaman berkhasiat Obat di Indonesia, hal 133-136, Penerbit Pustaka Kartini.
Prof. H. M. Hembing Wijayakusuma dan Dr. Setiawan Dalimartha., 1997 Ramuan Tradisional Untuk Pengobatan Darah Tinggi. Hal 80-82, Penebar Swadaya, Jakarta.
Resmiyati Purba, Waspada, Mustahal dan Susanti Diani. 1993.Kelangsungan Hidup Dan Pertumbuhan Kerapu Macan (Epinephelus fuscoguttatus) Umur Sampai 35 Hari Dengan Padat Tebar Yang Berbeda. Jurnal Penelitan Budidaya Pantai. Vol. 9. No. 5.1993. Bojonegoro-Serang.
Santoso B dan Syafei L.S, 2005. Buku Seri Kesehatan Ikan “Kerapu Macan Sehat Produksi Meningkat”. Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian, Jurusan Penyuluhan Perikanan, Bogor.
Susanti Diani dan Akhmad Rukyani. 1989. Pengendalian Penyakit Dalam Kurungan Apung di Laut. Makalah temu tugas pemanfaatan sumberdaya hayati lautan bagi budidaya, Serang. 23 – 24 Mei 1989.
Zufran et.al.,Parasit pada Ikan Kerapu Di Panti Benih dan Upaya Penanggulangannya,Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia vol.III No.4 Tahun 1997