PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN HAMA PENYAKIT PADA IKAN LELE DUMBO

Hallo sahabat Sejuta Informasi Kita, Pada Artikel yang anda baca kali ini dengan judul PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN HAMA PENYAKIT PADA IKAN LELE DUMBO, kami telah mempersiapkan artikel ini dengan baik untuk anda baca dan ambil informasi didalamnya. mudah-mudahan isi postingan yang kami tulis ini dapat anda pahami. baiklah, selamat membaca.

Lele dumbo merupakan salah satu komoditas ikan air tawar yang dikenal masyarakat karena harganya relatif murah dibanding ikan lainnya, namun cita rasanya banyak disukai masyarakat. Ikan lele dumbo senang hidup dalam eadaan air yang agak tenang dan kedalamannya cukup, sekalipun kondisi airnya jelek, keruh, kotor dan miskin akan oksigen seperti air genangan, air limbah atau buangan. Hal itu disebabkan ikan lele mempunyai pernapasan tambahan disamping insangnya yang biasa.

Masalah yang banyak timbul dimasyarakat dalam usaha budidaya lele dumbo adalah cara menghasilkan benih yang lebih banyak namun tetap dapat berkesinambungan. Salah satu upaya peningkatan produksi benih lele dumbo adalah dengan pembenihan secara buatan, pemeliharaan secara intensif dan pengendalian penyakit.

Klasifikasi lele dumbo

Phylum : Chordata

Kelas : Pisces

Subkelas : Teleostei

Ordo : Ostareophyci

Famili : Claridae

Genus : Clarias

Spesies : Clarias griepinus

Nama lokal : Lele dumbo

Morfologi

Bentuk badan memanjang, bagian kepala gepeng atau pipih, batok kepala umumnya keras dan meruncing kebelakang. Seluruh bagian tubuhnya mulai dari ujung moncong mulut hinga bagian ekornya tidak bersisik.

Seluruh bagian tubuhnya menjadi pucat bila terkena sinar matahari, dan akan diwarnai noda hitam atau putih dan totol-totol bila stress, naun keadaan ini akan segera normal apabila habitatnya sesuai dengan kemampuannya. Ikan ini dijuluki catfish , karena kumisnya mirip dengan kumis kucing, yakni memiliki empat pasang sungut disekitar mulut. Sepasang sungut hidung,, sepasang sungut maksilar dan dua pasang sungut mandibular. Sungut maksilar berfungsi sebagai tentakel yakni alat untuk meraba. Insangnya berukuran keci dan terletak dikepala bagian belakang. Lele dumbo mempunyai lima buah sirip yang terdiri dari sirip pasangan dan sirip tunggal. Sirip yang berpasangan adalah sirip dada, dan sirip perut. Sedangkan yang tunggal adalh sirip punggun dan sirip ekor. Serta sirip dubur. Pada sirip dada dilengkapi dengan patil atau taji tidak beracun. Selain kemampuannya meloloskan diri dari kolam piaraan dengan caramelompat, iapun sanggup merangkak diatas tanah tanpa air dalam waktu cukup lama asalkan lembab. (Santoso 1994).

Habitat

Semua perairan tawar dapat menjadi lingkungan hidup atau habitat lele dumbo seperti waduk, danau, rawa dan genangan air tawar lainnya. Dialalm bebas, ikan ini lebih menyukai air yang arusnya mengalir secara perlahan atau lambat. Lele dumbo awalnya hidup liar disungai- sungai ,rawa dan semua habitat air tawar. Setelah diternakan secara intensif, ternyata lele dumbo dapat tumbuh dengan cepat. Sungai, karamba, drum, adalah tempat yang cocok untuk pemeliharaan atau pembesaran., bahkan air comberan, tanah sawah dengan kedalaman 10 cm sekalipun asalkan terdapat tempat berlindung seperti bebatuan, karang atau kaleng bekas bisa digunakan.

Tingkah laku

Salah satu sifat lele dumbo adalah suka menloncat kedarat terutama pada malam hari. Munculnya sifat ini karena lele dumbo merupakan binatang malam yakni banyak melakukan aktivitasnya dimalam hari ( nocturnal ). Sifat ini akan tampak saat lele dumbo akan mencari makan. Itulah sebabnya lele dumbo akan lebih suka berada ditempat gelap dibanding ditempat yang terang.

Kebiasaan makan

Lele dumbo memiliki kebiasaan mencari makan didasar kolam ( bottom feeder) sehingga air kolam sering menjadi keruh. Lele dumbo juga dikenal rakus, karena mempunyai ukuran mulut yang cukup lebar sehingga mampu menyantap makanan alami didasar perairan, dan pakan buatan seopert pellet. Oeh karenanya lele dumbo digolongkan sebagai pemakan segala ( omnovora). Makanan seperti bangkai ayam, bebek ,angsa, dan unggas lainnya di lahapnya dengan menggunakan gigi nya yang terletak pada rahang dan mencabik-cabiknya higga tinggal tulang ( scavenger).

Perkembang biakan

Perkembang biakan lele dumbo dapat dilakukan secara alami dan atau secara buatan. Pemijahan alami dapat dilakukan dalam bak semen atau bak kayu yang dilapisi plastik berukuran 2x1x1 meter, dilengkapi kakaban sebagai substrat untuk penempel telur dan penutup bak dari kayu, seng atau kawat kasa agar lele tidak meloncat keluar. Sedangkan pemijahan buatan atau lebih populer dengan istilah kawin suntik, dilakukan dengan jalan menyuntikan hormon tertentu kedalam tubuh ikan yang akan dipijahkan untuk merangsang terjadinya ovulasi. Hormon yang digunakan untuk penyuntikan biasanya menggunakan kelenjar hypophisa ikan sejenis atau ikan mas yang bersifat universal, dan atau menggunakan hormon buatan seperti HCG, LHRH atau ovaprim yang sudah banyak dijual dipasaran. Dalam prosesnya, pemijahan buatan pada lele dumbo dapat dilakukan melalui pembuahan alami dan pembuahan buatan.

Pemeliharaan larva

Larva lele yang baru menetas masih mempunyai persediaan makanan dalam bentuk kuning telur(yolk salc) sehingga tidak perlu diberi pakan sampai umur 4 hari. Mulai hari ke 5, larva diberi pakan cacing tubifek yang telah di cincang halus atau daphnia sampai larva siap ditebar kekolam atau bak pendederan.

Pendederan

Persiapan kolam pendederan untuk lele dumbo sama halnya seperti persiapan kolam pendederan untuk jenis ikan budidaya lainnya, Benih yang akan ditebar sebaiknya sudah kuat dan lincah serta sudah terbiasa memakan makanan tambahan. Padat tebar bisa bervariasi, dan tergantung pada kesuburan kolam, yang penting tidak melebihi ambang daya dukung kolam(carrying capacity). Pakan tambahan yang diberikan adalah pelllet yang telah digiling halus sebanyak 10-15 %, diberikan 3 kali perhari. Lama pemeliharaan di kolam penderan I selama 21 hari, atau setelah benih mencapai ukuran 2-3 cm. Produksi benih yang dihasilkan perkilogram induk bisa mencapai 40.000 – 60.000 ekor ukuran 2-3 cm.

PENYAKIT

Lele dumbo merupakan jenis ikan tidak besisik sehingga lendir merupakan salahsatu pelindung dari gangguan lingkungan. Akibatnya bila terluka dengan sangat mudah terjadi pengeluaran lendir yang berlebihan dari tubuhnya. Lendir ini dapat dijadikan media hidup bakteri, dan dengan menempelnya bakteri pada lendir, maka dengan segera kuman penyakit masuk hingga kedalam tubuh lele dumbo. Terjadinya luka inilah yang menjadikan ketahanan tubuh lele dumbo menurun dan menyebabkan sakit. Namun kebanyakan patogen yang terlibat biasanya bersifat fakultatif yaitu organisme yang hanya menimbulkan penyakit dalam kondisi tertentu saja. Organisme semacam ini secara normal memang hidup dan berada pada berbagai jenis perairan, dan hanya menyebabkan terjadinya penyakit bila daya tahan tubuh lele dumbo menurun atau kelimpahan mahluk tersebut kelewat tinggi. Daya tahan tubuh lele dumbo biasanya berkurang bila ada dalam kondisi stress yang diakibatkan berbagai faktor terutama lingkungan yang meliputi faktor fisik, kimiawi maupun biologis. Dengan demikian terjadinya wabah sebetulnya merupakan akibat interaksi yang tidak seimbang antara ikan sebagai subyek patogen, patogen itu sendiri serta kondisi lingkungan. Sebenarnya, semua jenis ikan mempunyai kekebalan terhadap penyakit selama ikan tersebut hidup dalam kondisi lingkungan yang baik dan tidak ada faktor yang memperlemah badannya. Penyakit ikan dapat berkembang akibat bermacam macam faktor antara lain trauma pengangkutan, kekurangan pakan, perubahan sifat fisika dan kimia air serta epidemi dari suatu penyakit. Untuk mencegah dan mengobati suatu penyakit maka perlu diketahui hal- hal yang berkaitan dengan timbulnya penyakit, cara cara dan dosispengobatan yang tepat agar diperoleh hasil yang baik.

UPAYA PENCEGAHAN

Tindakan pencegahan terutama ditujukan untuk mencegah masuknya wabah penyakit kedalam tempat budidaya ikan, atau mencegah meluasnya wilayah yang terkena serangan penyakit dalam upaya mengurangi kerugian produksi akibat timbulnya wabah penyakit. Beberapa tindakan upaya pencegahan antara lain melalui sanitasi kolam, alat-alat, ikan yang akan dipelihara serta lingkungan tempat budidaya.

a. Sanitasi kolam

Sanitasi kolam dilaksanakan melalui pengeringan, pemjemuran dan pengapuran dengan kapur tohor atau kapur pertanian sebanyak 50-100 gram/m2 yang ditebar secara merata dipermukaan tanah dasar kolam dan sekeliling pematang kolam. Setelah dikapur biarkan dalam keadaan kering selama 3-5 hari, baru kemudian kolam dipupuk dan diairi. Bahan lain yang bisa digunakan untuk sanitasi kolam diantaranya kalium permanganat (PK) yang ditebarkan pada kolam yang telah diairi sebanyak 10-20 gram/m3 air dan dibiarkan selama 2 jam, baru kemudian dimasukan air baru dan ditebari ikan setelah kondisi air normal kembali.

b. Sanitasi perlengkapan dan peralatan

Perlengkapan dan peralatan kerja sebaiknya selalu dalam keadaaan suci hama, dengan cara merendamnya dalam larutan PK atau larutan kaporit selam 30-60 menit. Pengunjung dari luarpun sebaiknya tidak sembarangan memegang dan atau mencelupkan bagian tubuh kedalam media air pemeliharaan sebelum disuci hamakan.

c. Sanitasi Ikan tebaran

Lele dumbo yang akan ditebarkan sebaiknya selalu diperiksa dahulu. Bila menunjukan gejala kelainan atau sakit maka lele tersebut harus dikarantinakan terlebih dahulu untuk diobati. Namun lele dumbo yang akan ditebar dan dianggap sehat pun, sebelum ditebar sebaiknya direndam dahulu dalam larutan PK dengan dosisi 20 gr/m3 air, atau dalam larutan methylin blue 20 ppm, atau dengan formalin 1cc/10 liter air, masing – masing selama 10 -15 menit. Bila sanitasi ikan tebaran akan menggunakan obat-obatan alami dapat dilakukan dengan cara merendam lele dumbo yang akan di tebar dalam ektrak cair sambiloto dengan dosis 25 ppm, atau dalam ektrak cair rimpang kunyit dengan dosis 15 ppm atau dapat juga menggunkan ektrak cair daun dewa dengan dosis 25 ppm, perendaman masing masing selama 30 -60 menit.

d. Menjaga lingkungan tempat budidaya

Upaya perlindungan gangguan dari penyakit lele dumbo adalah dengan menjaga kondisi lingkungan atau kondisi ekologis perairan dengan cara setiap kolam /bak pemeliharaan lele dumbo diusahakan mendapat air yang baru dan masih segar, telah melalui sistem filtrasi dan diusahakan agar bahan- bahan organik seperti sampah yag memungkinkan masuk kedalam kolam sedapat mungkin dihindari.

UPAYA PENGOBATAN

Gejala –gejala klinis

Manifestasi klinis dari proses penyakit, baik yang infektif maupun non infektif dalam suatu populasi sering menunjukan tanda-tanda/petunjuk pertama terhadap suatu masalah penyakit walaupun ikan jarang atau hampir tidak pernah memperlihatkan tanda-tanda yang menciri (Pathogonomonic) oleh karena itu diagnosa yang tepat berdasarkan gejala klinis membutuhkan pengalaman dan keterampilan mengobservasi berbagai perubahan klinis. Beberapa perubahan atau tanda-tanda klinis yang perlu diamati antara lain tingkah laku, sikap, keseimbanga warna reflex, pergerakan, pernapasan, kerusakan / luka-luka pada kulit luar dll.

a. Tingkah laku

Lele dumbo yang sakit biasanya memperlhatkan tingkah laku menyimpang, misalnya sering menggosok-gosokan badannya pada benda- benda yang ada didalam kolam seperti batu, tanaman air atau kepinggiran kolam/ pematang. Pada kasus lain, ikan lele kehilangan keseimbangan tubuh sehingga gerakannya seprti tidak terkontrol, dan pada ahirnya ikan lele diam didasar kolam dengan sirip dada terbuka atau sekali-kali muncul kepermukaan air seperti menggantung. Ada pula lele sakit yang membuka kedua tutup insangnya lebih lebar dari biasanya, prekuensi pernafasannya meningkat dan tampak terengah-engah. Selain itu ada yang menunjukan gejal mogok makan akibat kehilangan nafsu makan.

b. Kelainan warna tubuh

Jika tubuh lele dumbo mulai terlihat pucat maka harus dicurigai karena kemungkinan sudah mulai ditempeli parasit tertentu. Namun perubahan warna tubuh bisa juga disebabkan stress akibat terjadinya intesitas cahaya gelap keterang. Jika hal ini terjadi biasanya warna lele dumbo kembali normal dalam waktu yang tidak terlalu lama. Perubahan warna juga sering terjadi jika lele dumbo dalam keadaan takut atau sesaat setelah atau sebelum memijah. Dengan demikian berdasarkan kejadian tersebut, maka perubahan warna pada lele dumbo dapat dianggap sebagai gejala dari suatu penyakit bila tidak ada penyebab lain seperti takut, stress atau setelah dan sebelum memijah. Perubahan warna yang disebabkan oleh penyakit biasanya belangsung lama atau bersifat permanen.

c. Produksi Lendir

Lele dumbo yang sakit seringkali memproduksi lendir yang berlebihan. Hal ini cukup terlihat jelas karena lele dumbo berwarna gelap. Produksi lendir yang berlebihan biasanya disebabkan oleh parasit yang menyerang bagian kulit. Banyaknya lendir tersebut tergantung pada intensitas serangan penyakit.

d. Kelainan bentuk organ tubuh.

Serangan tertentu dapat juga menimbulkan kelainan pada organ –organ tubuh tertentu, misalnya terdapat bintik –bintik putih atau merah pada bagian sirip, sisik atau bagian tubuh lainnya. Kelainan bentuk juga dapat terjadi bila serangan sangat hebat dan terjadi infeksi yang parah sehingga mengakibatkan tonjolan – tonjolan semacam tumor pada insang, mata dan bagian kepala.

Cara dan teknik mengobati ikan sakit

Tindakan penanggulangan penyakit ikan melalui pengobatan diupayakan agar lele dumbo sembuh tanpa membahayakan keselamatannya karena keracunan obat. Untuk itu perlu diketahui gejala – gejala umum yang timbul kemudian dilakukan diagnosis untuk menemukan faktor penyebabnya. Setelah itu barulah ditentukan cara pengobatannya. Setelah secara pasti faktor penyebabnya diketahui kemudian ditentukan pula jenis obat yang akan digunakan serta dosisnya yang tepat sehingga tercapai efesiensi penggunaan obat dan efektifitas pemberantasannya. Beberapa teknik pengobatan yang dianjurkan dan biasa diterapkan dalam mengobati ikan terinfeksi suatu penyakit antara lain

a. Pencelupan

Pencelupan adalah cara pengobatan menggunakan obat obatan alami atau bahan kimia pada konsentrasi tinggi ( ratus atau ribuan ppm) dan waktu pengobatan sangat pendek. ( 30 detik ) Pengobatan dengan cara pencelupan biasanya menggunakan larutan obat dengan konsentrasi tinggi ( daya racun tinggi ). Bila kondisi ikan sudah terlalu lemah sedang daya racun obat sangat tinggi. Maka ikan bisa mati.Untuk pengobatan cara ini, lele dumbo yang terinfeksi ditangkap menggunakan serok kemudian lele bersama serokannya dicelupkan kedalam larutan obat yang telah disiapkan selama 30 - 60 detik. Lele dumbo yang telah diobati dipindahkan ketempat penampungan sambil diberi airasi dan air mengalir.

b. Perendaman

Pengobatan ini adalah dengan cara memandikan ikan – ikan yang sakit dalam suatu larutan obat tertentu dengan konsentrasi tidak terlalu tinggi atau terlalu rendah dalam waktu antara 15 -60 menit. Teknis pengobatan dengan cara peandian yaitu ikan – ikan yang terinfeksi di kumpulkan dan secara langsung dimasukan/dilepaskan kedalam larutan obat yang telah disediakan setelah mencapai batas waktu yang telah ditentukan ikan ditangkap kemudian dipindah ketempat penampungan sementara dengan aliran air bersih.

c. Perendaman

Pengobatan melalui perendaman biasanya menggunakan larutan obat tertentu pada konsentrasi relatif rendah, waktu yang digunakan untuk perendaman cukup panjang yaitu sampai 24 jam. Pengobatan dengan teknik perendaman ini dilakukan 3-5 kali berturut-turut selama 3-5 hari. Setiap kali selesai mengobati, ikan dipindahkan ketempat yang berisi air bersih sambil diberi pakan.

d. Usapan / Olesan.

Pengobatan ini biasanya hanya dilakukan pada lele dumbo yang luka. Lele dumbo yang luka diolesi obat tepat pada bagian yang luka, selanjutnya dipindahkan ketempat berair mengalir agar sisa obat yang beracun bagi ikan cepat tercuci.

e. Pemberian pakan.

Pengobatan ini terutama ditujukan bagi lele dumbo yang terinfeksi bakteri pada organ tubuh bagian dalam. Obat yang akan digunakan dicampur kedalam pakan ikan sesuai dosis yang dianjurkan. Pakan yang telah dicampuri obat diberikan kepada lele dumbo yang akan diobati sebanyak 2-3% biomas, diberikan 3 kali perhari.

JENIS-JENIS OBAT

A. OBAT ALAMI/TRADISIONAL

1. Kunyit (Curcuma longa Linn)

Nama daerah: Kunyir, Koneng, Kunyit, Alawahu, Nikwai Pagidon.

Sifat kimiawi dan efek farmakologis : Bau khas aromatik, rasa agak pahit, sedikit pedas, tidak beracun. Berkhasiat sebagai anti radang ( anti inflamasi) dan anti bakteri.

Kandungan kimia : Rimpang mengandung minyak atsiri 3-5 %, turmeron, zingberene, sesquiterpen, alkohol pati , tanin dan damar.

Cara pemakaian : Perendaman dan oles.

2. Lengkuas (Alpinia galanga L willd)

Nama daerah : Langkueh, halawas, lengkuas, lawas, laja, langkuwasa.

Sifat kimiawi dan efek farmakologis: Rasanya pedas dan hangat. Berkhasiat untuk, menetralkan racun, Meningatkan napsu makan( stomakik) dan sebagai obat jamur kulit.

Kandungan kimia: Rimpang mengandung minyak atsiri 1% metilsinamat, kamfer, galangin dan eugenol. Sedangkan buah mengandung, methyl ether, kaemferide, galangin dan dimethoxyflavone.

Cara pemakaian : melalui perendaman dan dioles.

3. Daun Dewa ( Gynura pseudochina DC.)

Nama daerah : Beluntas cina, Daun dewa.

Sifat kimiawi dan efek farmakologis Daunnya dapat dikonsumsi dengan cara dilalap atau dijus. Berkhasiat sebagai anti radang, Penghilang nyeri (analgesik), obat luka bakar, luka bekas gigitan hewan berbisa, anti kanker dan peradangan pada jaringan tubuh.

Kandungan kimia: Batang, daun dan umbinya mengandung minyakatsiri, saponin , teranoid, tanin dan tekalora.

Cara pemakaian : melalui perendaman dan dioles.

4. Mahkota dewa (phaleria macrocarpa)

Sifat kimiawi dan efek farmakologis : Jika dikonsumsi manusia dalam keadaan segar bisa menyebabkan keracunan. Berkhasiat untuk mengobati kanker, anti oksidan, bersifat analgesik, antipiretik, dan anti radang.

Kandungan kimia: Daging buah dan cangkang biji mahkota dewa mengandung alkaloid, flavonoid, senyawa politenol dan tanin.

Cara pemakaian : melalui perendaman dan dioles. Berhasiat sebagai penambah napsu makan, menetralisir racun (anti toksik), menghilangkan gumpalan darah dan mengobati cacing ( Vermifuge ).

Kandungan Kimia : Batang dan daun mengandung : Minyak atsiri, tanin, lemak, phytosterol dan calcium oxalate.

Cara pemakaian : melalui perendaman atau dioles

Jarak Ulung ( Jatropha gossipifolia L )

Nama daerah : Jarak kosta merah, Jarak cina, jarak ulung.

Sifat kimiawi dan efek farmakologi : Getahnya bersabun, biji mengandung minyak. Bagian yang bisa dipakai adalah daun dan biji. Berkhasiat untuk meningkatkan napsu makan, mengobati pembengkakan dan penyakit kulit.

Kandungan kimia. : Akar mengandung alkaloid. Daun dan batang mengandung tanin, calcium oxalate, dan sulfur.

Cara pemakaian : Perendaman dan oles

Cara membuat obat alami/tradisional.

a. Ekstrak.

Ekstrak adalah obat alami dalam bentuk kering, kental atau cair yang dibuat dengan cara mengambil sari simplisia (bahan obat ) menurut cara yang cocok tanpa pengaruh cahaya matahari langsung. Wadah untuk menyari, merendam atau merebus simplisia bisa berupa panci stainlees atau toples kaca dan pengaduk dari kayu. Sedangkan simplisia yang digunakan berupa daun, buah, batang maupun rempang yang masih segar atau simplisia yang telah dikeringkan dan telah diawetkan sebelumnya.

Salah satu cara ekstraksi yang biasa dilakukan adalah dengan cara memasak air sampai mendidih, kemudian simplisia direbus selama sekitar 30 menit. Selanjutnya bahan rebusan tersebut disaring dengan kain atau kawat kasa. Setelah itu air rebusan di panaskan lagi sampai mengental, dan didinginkan.

Ekstrak ini merupakan bahan dasar untuk pembuatan obat dalam bentuk serbuk atau dalam bentuk salep/krim atau dapat juga digunakan langsung untuk pengobatan dengan cara perendaman, pemandian maupun pengusapan/oles dengan cara mencampur dengan air bersih sesuai dosis yang dianjurkan.

b. Obat serbuk

Obat serbuk dibuat dengan cara mencampur ekstrak kental dengan saccarum lactis ( gula susu), sedikit demi sedikit sampai terbentuk adonan yang dapat dibentuk lempengan. Selanjutnya lempengan tersebut di jemur sampai kering lalu digiling dan hasil gilingannya disaring dengan kawat kasa sehingga didapatkan serbuk halus yang berukuran seragam.

Obat serbuk ini dapat digunakan untuk pengobatan dengan cara perendaman, pemandian, pengolesan dan pengobatan melalui pakan.

c. Obat oles ( krim/ Lulur )

Obat oles biasanya berupa salep yang merupakan campuran minyak tumbuhan dengan bahan-bahan yang telah berbentuk ekstrak. Minyak tumbuhan yang digunakan untuk mencampur adalah minyak kelapa atau minyak zaitun dicampur bahan pengemulsi(emulgator) seperti gom arab, acacia dan tragacanth. Pembuatannya dilakukan dengan cara mencampur, minyak, ektrak kental dan emulgator dengan perbandingan 2 : 4 : 1 diaduk dengan cepat hingga menjadi bentuk krim emulsi. Pembuatan obat oles ini tidak boleh dipanaskan karena dapat memisahkan minyak dan air yang telah bercampur. Krim atau lulur ini dapat digunakan untuk pengobatan luka atau borok yang terinfeksi bakteri atau parasit. Dengan cara dioleskan tepat pada bagian yang luka.

d. Ramuan

Ramuan adalah campuran berbagai macam bahan obat-obatan segar atau yang telah diawetkan untuk mengobati penyakit tertentu, sehingga perbandingan jumlah bahannya disesuaikan dengan kebutuhan kandungan bahan kimia dalam bahan yang akan digunakan. Cara pembuatanya, semua bahan dirajang kecil-kecil kemudian direbus hingga air rebusan tersisa separuhnya. Air rebusan tersebut selanjutnya digunakan untuk pengobatan.

B. OBAT KIMIA

Obat-obatan kimia yang lazim digunakan dalam pengobatan penyakit ikan banyak sekali jenisnya. Ada yang berbentuk serbuk ada pula yang berbentuk cairan. Semuanya merupakan bahan kimia. Berdasarkan sifatnya jenis-jenis obat obatan tersebut dapat dikelompkan menjadi obat anti biotik, desinfektan , insektisida obat oles dan obat obat lain.

a. Obat serbuk

Umumnya obat antibiotik digunakan untuk penyakit bakterial yang diaflikasikan dengan cara perendaman, penyuntikan maupun pengobatan melalui pakan. Contoh obat antibiotik adalah Tetrasiklin. Kemisitin, oksitetracyclin hcl, streptomisin, sulfamerizin sulfanomid.

b. Obat oles

Obat oles yaitu obat- obatan yangdigunakan manusia terutama untuk mengobati luka luka. Obat ini berbentuk cairan, penggunaannya dalam pengobatan ikan harus diencerkan dahulu hinga sepuluh kali. Cara penggunaannya dioleskan dengan bantuan kapas tepat pada luka ditubuh ikan yang terinfeksi penyakit bakterial atau parasit lainnya yang bisa menyebabkan luka atau borok pada tubuh ikan. Contohnya adalah obat merah ( jodium tinktur, mercurochrome ) kecuali itu ada lagi bedak talk yang penggunaannya juga dioleskan, terutama untuk melepaskan jenis ektoparasites seperti argulus sp, yang menempel ketat pada tubuh ikan.

c. Obat- obat lain

Justru obat- obatan inilah yang paling sering dimanfaatkan dalam pengobatan lele dumbo, sebagian besar berbentuk serbuk, bersifat racun, dan harganya relatif mahal. Obat ini mudah diperoleh ditoko- toko kimia atau di afotik. Obat – obat dimaksud yang sudah dikenal luas adalah malchyt green, methyline blue, cooper sulfat, PK, rivanol, bromex, formalin, Hcl quinine, Chinine trifaplafin, garam amonia dan kalium bikromat.

JENIS PENYAKIT LELE DUMBO

Bila dilihat berdasarkan biotaksonominya, parasit penyebab penyakit pada lele dumbo, digolongkan dalam dua golongan yaitu zoo-parasites dan Phytoparasites.

Zoo parasites

Parasit yang secara biotaksonomi tergolong dalam dunia hewan ( animal kingdom) diantaranya sebagai berikut.

a. Cyclochaeta ( Trichodina sp )

Cyclochaeta atau lebih dikenal dengan Trichodina, berkembang biak dengan cara membelah diri dan selama hidupnya berada pada tubuh ikan. Bagian bawahnya terdapat mulut yang dilingkari suatu alat dari zat kitin berjumlah 20 – 30 buah, berfungsi sebagai alat untuk menempel pada tubuh atau insang, sekaligus sebagai alat pengisap. Parasit ini sering menempel pada lele yang telah terjangkit parasit lain. Bagian badan yang diserang menjadi pucat, terkadang disertai dengan pendarahan. Bagian tubuh yang terinfeksi banyak mengeluarkan lendir

Siklus hidup

Berdasrkan siklus hidupnya ,cyclochaeta termasuk parasit onligat yaitu selama hidupnya berfungsi penuh sebagai parasit dan tidak pernah melepaskan diri dari inangnya ( ikan ) sehingga parasit ini tidak bisa hidup tanpa ikan. Penularannya akan terjadi apabila ada kontak langsung antara ikan yang terjangkit dengan ikan sehat

Gejala infeksi

Tubuh lele dumbo bagian luar yang terkena infeksi menjadi pucat, banyak mengeluarkan lendir, serta kemerah merahan karena terjadi pendarahan. Warna tubuh pucat dan tingkah laku tidak normal ( ikan menjadi lemah terjadi penurunan berat tubuh, terjadi iritasi pada kulit )

Pencegahan :

Memelihara kondisi lingkungan, Kolam didesinfekstan sebelum penebaran ikan. Kalau memungkinkan, copepoda harus dihambat agar tidak masuk kekolam. Populasi lele dumbo dijaga serendah mungkin, makanan harus tersedia dalam jumlah dan mutu yang cukup

b. Bintik Putih (white spot)

Parasit ini sering dijumpai pada lele dumbo dan terlihat seperti bintik- bintik putih sehingga disebut penyakit bintik putih ( White spot). Parasit tersebut menyerang lele dumbo secara berkelompok membentuk koloni yang bersarang pada lapisan lendir kulit, sirip hingga lapisan insang.

Parasit yang dapat menyebabkan pendarahan ini termasuk protozoa yang sangat ganas, sesuai namanya ichtioptirius berarti penghancur ikan, yang mampu berkembang biak dalam waktu yang sangat singkat.

Siklus hidup

Didaerah tropis siklus hidup nya lebih pendek dari pada didaerah sub tropis ( sedang) . Metabolismenya sangat cepat pada suhu yang hangat sehingga perkembang biakannya pun pesat sekali.

Penyakit Bintik putih agak sulit diberantas karena pada tahap parasiter hidup terbungkus selaput sel lendir ikan. Larutan obat tidak akan meresap mengenai parasit tanpa merusak selaput lendir ikan. Namun demikian cara memutuskan siklus hidupnya, parsit ini dapat diberantas secara efektif.

Siklus hidup Ichtyoptihirius multifilis dibagi menjadi empat fase yaitu :

1. Fase parasiter , ketika hidup pada ikan

1. Fase pra kista : Setelah dewasa dan melepaskan diri dari tubuh ikan, tetapia belum membentuk kista

2. Fase kista : Selama terjadi proses membelah diri, terbungkus dinding lendir melekat padaa suatu benndda didalamair.

3. Fase paskakista : Berupa benih- benih parasit yang baru keluar dari kista.

Pada fase parasiter parasit ini melekat padad tubuh ikan selama lebih kurang 8 hari, setelah itu melepaskan diri dan hidup bersifat planktonis ( melayang-layang) didalam air untuk beberapa saat lamanya. ( fase prakista). Saat itulah kesempatan paling tepat untuk mengobati lele yang sakit sekaligus membunuh parasit. Kesempatan kedua terjadi pada saat parasit baru keluar dari kista dan masih berupa benih parasit ( fase paskakista)

Gejala Infeksi

Bagian tubuh lele dumbo yang menjadi sasarannya adalah sel- sel pigmen, sel- sel darah, dan sel- sel lendir. Bila yang diserang bagian kepala, terutama permukaan insang, lele dumbo biasanya megap- megap seperti sesak nafas, lama kelamaan mati. Serangan yang ringan pada selaput lendir mengakibatkan lele gatal- gatal, jika serangan menghebat tak jarang terjadi pendarahan. Sering juga terjadi lele dumbo yang diserang penyakit bintik putih banyak mengeluarkan lendir, tubuhnya pucat, serta pertumbuhannya lambat.Terjadi iritasi, lele menggosok gosokan tubuhnya ketepi kolam. Pada lele dumbo yang terinfeksi lebih lanjut, akan terlihat meloncat loncat kepermukaan air dan megap megap untuk mengambil udara, nafsu makan berkurang, terjadi perubahan warna, geraka nmenjadi lamban dan tidak responsip terhadap rangsangan.

Penyakit bakteri

a. Aeromonas ( Bercak merah)

Bakteri Aeromonas termasuk patogen terhadap ikan. Dari genus aeromonas terdapat 3 spesies yaitu Aeromonas punctata, Aeromonas Hydrophilla dan Aeromonas liquifaciens.

Terlepas dari adanya perbedaan dalam hal klasifikasi, yang jelas bakteri terdapat di dalam tanah maupun didalam alat pencernaan ikan. Habitatnya adalah air tawar terutama yang mengandung kadar bahan organik tinggi. Khusus bakteri Aeromonas hydrophilla biasanya merupakan penyerang kedua setelah terinfeksi parasit lain ataujika ikan menderita stress.

Gejala Infeksi

Ikan lele yang terserang bakteri Aeromonas warna tubuhnya berubah menjadi gelap, kulitnya kesat karena kehilangan banyak lendir diikuti pendarahan dan luka/borok. Selain itu ikan berenang sangat lemah , napasnya megap- megap,sering timbul atau menggantung dipermukaan air. Bila menyerang organ dalam biasanya ginjal dan limpanya bengkak atau terkadang terjadi pendarahan Faktor penunjang : Kualitas air buruk, terutama bila bahan organik tinggi karena perubahan musim. Temperatur air berfluktuasi tinggi antara siang dan malam serta kadar oksigen sangat rendah.

Pencegahan

- Sanitasi air dan wadah/kolam.

- Desinfeksi peralatan

- Karantina ikan yang baru

4.3.3. Phyto-parasites

Phyto- parasites adalah parasit yang secara biotaksonomi tergolong dalam dunia tanaman ( plant kingdom ). Dari golongan phyto parasites terdapat dua genus jamur ( fungi) yang paling dikenal didunia perikanan yaitu jamur achliya dan saprolegnia.

Kedua parasit ini memiliki bentuk yang hampir sama yaitu menyerupai benang- benang halus. Jamur achliya dan saprolegnia cukup berbahaya bagi benih dan telur ikan. Ikan dewasa yang badannya mengalami luka fisik juga akan mudah menjadi mangsa parasit ini.

Siklus hidup

Meskipun siklus jamur ini belum diketahui secara pasti, tetapi wabah achliya dan saprolegnia umumnya terjadi pada kondisi lingkungan yang banyak mengandung bahan organik terutama bila sedang terjadi proses pembusukan. Dalam keadaan suhu relatif rendah, serangannya juga bisa menghebat. Ikan yang tubuhnya lemah atau menderita luka

Gejala infeksi

Ciri khas akibat serangan jamur pada badan lele dumbo terdapat benang – benang halus berwarna putih seperti kapas. Kalau tidak segera ditangani lama kelamaan lele dumbo menjadi kurus dan akhirnya mati karena jamur mampu menerobos kulit bagian dalam terus masuk keotot daging bahkan sampai ketulang. Sasaran penyakit jamur bukan saja benih atau ikan dewasa tetapi telur pun sangat mudah terinfeksi. Penyerangan terjadi terutama pada lele yang sebelumnya sudah terjangkit parasit lain atau mengalami luka fisik sehingga penyerangan jamur ini merupakan infeksi kedua. Mewabahnya penyakit ini sering terjadi pada kondisi lingkungan yang banyak mengandung bahan-bahan organik dan sedang terjadi pembusukan. Serangannya sangat menghebat bila terjadi penurunan suhu air.

PENGOBATAN/PENGENDALIAN PENYAKIT

DAFTAR PUSTAKA

Darti S.L , Penyakit ikan hias, Penebar swadaya, Jakarta

Prihartono Eko, Juansyah R, dan Usni Arie, Mengatasi Permasalahan Budidaya Lele dumbo. Penebar swadaya, cet 3, Jakarta 2001.

Susanto, H. Ikan Lele. Kanisius Yogyakarta

Sudewo, Bambang. Tanaman Obat Populer, Agro Media Pustaka, Jakarta. 2004.

Syambas M. dan Syafei L.S, 2005. Buku Seri Kesehatan Ikan “Lele Dumbo Sehat Produksi Meningkat”. Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian, Jurusan Penyuluhan Perikanan, Bogor.

LihatTutupKomentar