PENGENDALIAN HAMA DAN PENYAKIT IKAN TAMBAKAN

Hallo sahabat Sejuta Informasi Kita, Pada Artikel yang anda baca kali ini dengan judul PENGENDALIAN HAMA DAN PENYAKIT IKAN TAMBAKAN, kami telah mempersiapkan artikel ini dengan baik untuk anda baca dan ambil informasi didalamnya. mudah-mudahan isi postingan yang kami tulis ini dapat anda pahami. baiklah, selamat membaca.

Ikan pada umumnya mempunyai daya tahan terhadap penyakit selama berada dalam kondisi lingkungan yang baik dan tubuhnya tidak diperlemah oleh berbagai sebab. Namun, lingkungan yang optimal saja belum cukup untuk mencegah timbulnya wabah penyakit kalau tidak diimbangi dengan upaya untuk menjaga kesehatan ikan. Beberapa hal yang menyebabkan kondisi tubuh ikan menjadi lemah antara lain cara perawatan yang buruk sehingga ikan menjadi stres, pemberian pakan yang tidak mencukupi, atau komposisi pakan yang tidak baik.

Aktivitas manusia sangat besar pengaruhnya terhadap kesehatan organisme air, misalnya kegiatan industri yang menghasilkan limbah (polutan) dapat mencemari air sebagai media hidup ikan sehingga terjadi perubahan sifat fisika dan kimia air yang dapat membahayakan kehidupan ikan.

Selain itu, budidaya ikan yang dilakukan secara intensif dengan ciri padat penebaran sangat tinggi akan memberikan dampak yang kurang baik karena ikan akan mudah menderita stres sehingga daya tahan tubuhnya akan menurun. Dalam kondisi padat penebaran yang tinggi, penyebaran penyakit dari ikan lainnya akan lebih mudah. Pemupukan kolam serta pemberian pakan buatan sering kali juga menyebabkan terjadinya perubahan kondisi lingkungan yang memungkinkan timbulnya berbagai masalah hama penyakit.

Tindakan pencegahan lebih penting dari pada pengobatan sebab pengobatan belum tentu menjamin total kesembuhan dan memerlukan biaya dan tenaga tidak sedikit.

Hal-hal yang harus diperhatikan dalam pencegahan ikan sakit :

a. Air dan pengairan

Salah satu cara mencegah terjadinya penurunan kualitas air yaitu dengan menghindari pemupukan yang berlebihan, pemberian pakan yang tidak sesuai, penebaran yang terlalu tinggi serta pencegahan agar tidak terjadi pencemaran oleh bahan-bahan lain yang berbahaya.

Agar ikan terhindar dari kemungkinan gangguan penyakit yang terbawa oleh aliran air, sebaiknya menggunakan sumber air seperti sumur bor atau dari sumber air mata air. Jika tetap memanfaatkan sumber air sungai atau irigasi, sebaiknya ditempat-tempat pemasukan air dipasang filter. Selain efektif dalam mencegah timbulnya wabah pennyakit ikan yang disebabkan oleh parasit tertentu, juga dapat menahan kotoran sampah maupun ikan–ikan yang berperan sebagai carier.

b. Pakan

Pakan alami maupun pakan buatan dapat membawa bibit penyakit. Agar pakan alami tidak menjadi penyebab penularan penyakit sebaiknya pakan alami dibersihkan terlebih dahulu sebelum dijadikan ransum tetap bagi ikan. Pakan buatan dapat menjadi sumber parasit, terutama bila kualitas pakannya buruk dan cara pemberiannya yang tidak tepat.

c. Menjaga Kesehatan Ikan

Hal yang harus diperhatikan dalam menjaga kesehatan ikan :

1. Menjaga kesehatan lingkungan budidaya

- Sanitasi kolam

- Sanitasi peralatan kerja

2. Memeriksa kesehatan ikan

d. Ikan

Bibit penyakit yang masuk ke areal perkolaman selain melalui aliran air, tumbuh-tumbuhan air, juga menumpang pada hewan (ikan) yang masuk secara tidak sengaja maupun sengaja dimasukan (ikan peliharaan).

1. Ikan liar

2. Pengelompokan ikan

3. Ikan tebaran

Ikan yang akan dipelihara di lingkungan yang baru sebaiknya diperiksa, meskipun tidak memperlihatkan gejala kelainnan atau sakit. Sebelum ditebarkan kedalam kolam, ikan direndam terlebih dahulu dalam larutan PK 20 mg/l selama 30 menit atau pada larutan formalin (1 ml per 10 l air) dan larutan Malachyt green 4 mg/l selama 15 menit dalam wadah khusus atau bak penampungan.

e. Karantina

Tindakan karantina ini untuk mencegah tersebarnya penyakit dan parasit ikan yang berasal dari suatu daerah atau pulau lain.

Tindakan pencegahan sebenarnya sebagai sebagai salah satu unsur yang telah terkait didalam pola teknik budidaya ikan serta perlu dilaksanakan selama kegiatan produksi ikan, yakni sejak persiapan kolam, hingga kegiatan lepas panen (penyiapan, pengangkutan, dan pemasaran).

Beberapa tindakan pencegahan berikut dimaksudkan :

1. Untuk mencegah masuknya wabah penyakit disuatu tempat budidaya ikan

2. Untuk mencegah penyakit agar tidak meluas kedaerah usaha budidaya yang lainnya

3. Untuk mengurangi kerugian produksi ikan disebabkan oleh timbulnya suatu wabah penyakit ikan

Sistematika dan Morfologi

Adapun sistematika ikan Tambakan adalah sebagai berikut :

Species : Helostoma temmicki

Genus : Helostoma

FamIli : Anabantidae

Sub ordo : Anabantioidae

O r d o : Labyrinthici

Ikan tambakan mempunyai badan pipih kesamping (compressed) memanjang oval. Mulut dapat disembulkan, celah mulut horizontal sangat kecil. Rahang atas dan bawah sama, bibir tebal mempunyai deretan gigi biasanya ujungnya hitam. Sisik bergerigi berukuran sedang, linea literalis terputus dibawah sirip dorsal. Sirip punggung terdiri dari 16-18 duri dan 13-16 jari-jari lemah, terletak didepan anal. Sirip dubur mempunyai 13-15 duri dan 17-19 jari-jari lemah. Sirip punggung dan dubur yang lemah membulat dan ujungnya lebih tinggi dari pada bagian yang berjari-jari keras, yang mempunyai sisik pada dasarnya, dan berjari-jari yang bercabang. Sirip dada membulat, sirip perut terletak dibawah sirip dada dan berjari-jari keras mempunyai 5 jari-jari yang pertama mengalami modifikasi berbentuk benang memanjang. Tinggi badan dua kali panjang standar atau kurang lebih dua setengah kali panjang total. Sisik pada daerah punggung kehijau-hijauan atau kelabu, lebih terang pada bagian perut dan mempunyai garis longitudinal. Sisik tergolong ctenoid, jika diraba kasar karena adanya duri-duri pada bagian tepi.

Dikalangan para peternak ikan Tambakan Jawa Barat dikenal 2 ras ikan Tambakan, yaitu :

Tambakan Kanyere

Benih berwarna kekuning-kuningan, badan relatif lebih panjang, dua atau tiga sisik di punggung atau di badan mengkilap, bintik mata agak kelabu, badan lebih keras. Jika induk matang telur perut membengkak hanya dekat lubang genital saja. Berat maksimal tambakan kanyere hanya bisa mencapai 200 gr/ekor.

Tambakan Gibas

Benihnya berwarna kehijau-hijauan, perut putih mengkilat dengan sisik yang berada di daerah punggung, berwarna kehuijau-hijauan atau kebiru-biruan, mata jernih, badan buntek dan lebar namun lembek. Induk betina yang sudah matang kelamin perutnya membengkak mulai dari lubang genital sepanjang rongga perut. Berat tubuh bisa mencapai 500 gr/ekor bahkan 1 kg.

Syarat Tumbuh Ikan Tambakan

Ikan Tambakan merupakan ikan sungai dan rawa yang memakan phyto dan zooplankton dipermukaan air atau dibagian tengah. Ikan ini biasanya dipelihara tidak lebih dari ketinggian 750 m dpl, dan cocok pada suhu 25–30 0C. Ikan ini tahan terhadap kondisi kadar oksigen rendah karena memiliki alat pernapasan tambahan.

Kebiasaan Makan / Feeding Habits

Ikan Tambakan baik benih maupun ikan dewasa menyukai plankton yang melayang–layang dipermukaan air. Oleh karena itu, ikan ini menyukai daerah permukaan dan daerah pertengahan perairan. Melihat kebiasaan mencari makan tidaklah sulit, maka untuk memberikan pakan tambahan dapat memberikannya dedak, ampas tahu, bungkil, dan sisa-sisa dapur maupun bahan makanan lainnya.

Kebiasaan Berkembang Biak

Ikan ini mulai berbiak setelah berumur 12-18 bulan dan panjang total 20 cm. Ovarium yang telah siap biasanya berwarna kuning dan penuh dengan pembuluh darah terutama bagian lateral sebelah dalam. Ikan ini memijah sepanjng tahun tanpa adanya waktu yang khusus untuk memijah.

Frekwensi pembiakan dapat terjadi setiap tiga bulan sekali jika tersedia makanan alami yang mencukupi. Telur-telur akan menetas dalam jangka waktu 24 jam setelah pembuahan dan benih / larvanya melekat dibawah tumbuh-tumbuhan atau benda-benda yang mengapung. Biasanya benih-benih akan berlangsung selama 3-4 hari.

Pemijahan Ikan Tambakan

Hal-hal yang harus diperhatikan dalam pemijahan diantaranya adalah :

a. Pemilihan induk

Induk tambakan yang telah matang kelamin dapat dilihat dari ciri-cirinya seperti berikut :

Betina

Badannya relatif tebal agak membulat, jinak. Sisiknya terutama mulai dari dagu ke perut putih bersih dari pada jantan. Perut mengembang dengan pangkal sirip dada berwarna kemerah-merahan.

Jantan

Badan relatif lebih tipis, memanjang dan kelihatan liar. Warnanya mulai dari dagu ke perut lebih gelap daripada ikan betina. Jika perutnya di tekan maka akan keluar cairan putih (sperma). Pada punggung dan pipi sampai dagu terdapat banyak sisik yang berwarna kehitam-hitaman.

b. Persiapan kolam

Kolam dikeringkan selama 2-3 hari jika hari panas terik, sedangkan apabila cuaca mendung maka lakukan selama 5 hari. Bersamaan dengan pengeringan maka lakukan pembalikan lumpur dasar kolam dan pembuatan kemalir dengan lebar 40 cm dan kedalamannya 20 cm. Tanah yang menutupi sebagian atau seluruh saluran sebaiknya segera dibereskan dan diangkat keatas dasar kolam. Permukaan kolam, terutama bagian pinggir / tepinya tutup dengan lapisan jerami segar, yang membantu induk tambakan mencari tempat terlindung yang strategis untuk melaksanakan pemijahan.

c. Pemijahan

Pemasukan air dilakukan pagi hari kurang lebih jam 06.00. Setelah air masuk sekitar 2/3 bagian kolam, kurang lebih 40 cm dibagian pemasukan dan 70 cm dibagian pebgeluaran. Induk induk yang telah diberok selama 3-7 hari dilepaskan ke dalam kolam. Pelepasan induk jangan melebihi jam 10.00.

Pemijahan ikan tambakan di tandai dengan tercium bau amis pada permukaan air kolam. Telur akan terlihat bergaris tengah 1-1,5 mm, terapung karena adanya lapisan globul lemak. Telur yang akan dibuahi dan hidup berwarna kuning keputih-putihan jika baru dan berwarna kehitaman pada hari berikutnya. Telur yang tidak dibuhi akan mati dan berwarna kelabu atau keputih-putihan.

Embrio telur yang telah dikeluarkan akan mengalami perubahan warna dalam perkembangannya, yaitu akan berwarna coklat setelah 6 jam, kemudian berwarna coklat gelap setelah 12 jam, dan kehitam-hitaman setelah 18 jam. Akhirnya telur-telur tersebut akan menetas dalam waktu 24 jam. Penetasan ini tidak akan sekaligus, teapi terus-menerus dan baru selesai setelah 12 jam.

Larva yang baru menetas akan terapung dengan perut diatas dan banyak mengandung pigmen. Setelah larva berumur 2 hari mereka akan berenang dengan perut dibawah. Hingga mencapai hari keempat benih masih belum aktif berenang tetapi tetap tinggal diam didalam jerami. Selama itu benih / larva belum membutuhkan makanan dari luar sebab masih disuplai dengan kuning telurnya yang ada di dalam tubuhnya.

Setelah 7 hari kemudian kolam yang telah terisi benih tambakan dipupuk dengan pupuk kandang 20 kg untuk kolam seluas 100 m2 dan pupuk hijau sebanyak 40 kg. Dapat pula ditambahkan pupuk TSP yang telah dilarutkan terlebih dahulu dalam air dengan jumlah 1 kg untuk kolam seluas 100 m2. Setelah ikan berumur 10 hari, tanah dasar kolam harus diaduk 2 kali sehari agar organisme makanan yang berada di dasar kolam dapat terapung. Benih dipelihara besama-sama dengan induk di dalam kolam pemijahan selama 30 hari. Untuk menambah makanan bagi induk–induk dapat di tambahkan dedak.

Jika menggunakan kolam pemijahan yang terpisah dengan kolam penetasan dan perawatan benih, kolam pemeliharaan benih harus dipersiapkan terlebih dahulu dengan pengeringan dan pemupukan. Karena belum ada benih, pupuk yang dipergunakan ukurannya lebih banyak yaitu pupuk yang dipergunakan pupuk kandang sebanyak 1 kg/m2. Pengaliran air untuk memindahkan benih tambakan sebaiknya dilakukan pada pagi atau sore hari dimana suhu air rendah.

Pembesaran Ikan Tambakan

Untuk mendapatkan ikan tambakan yang berukuran konsumsi, maka benih yang baru berumur 30 hari perlu dirawat dan di besarkan dalam kolam. Sebelum kolam dipergunakan, kolam harus dikeringkan hingga dasar kolam sedikit retak. Pengeringan ini bertujuan untuk mematikan bibit penyakit dan hama misalnya gabus maupun mujahir. Kemudian tebarkan pupuk kandang (kotoran ayam, kambing, kerbau, sapi) sebanyak 1 kuintal untuk luas kolam 100 m2 koam. Kemudian air dimasukan dengan terlebih dahulu memasang saringan pada pintu pemasukan air untuk mencegah hama yang tidak dikehendaki masuk bersama air. Pemasukan air ini sebaiknya tidak terburu–buru hingga penuh cukup sedalam 20 cm saja. Ini sengaja dengan maksud agar pembusukan (penguraian) pupuk cepat sehingga jika masih ada binatang yang masuk ke dalam kolam akan mati.

Setelah lebih kurang 5 hari permukaan air naikan hingga ketinggian yang dikehendaki, biasanya antara 40-70 cm. pada hari ke 7 atau ke 10 supaya lebih yakin pembusukan telah berakhir maka ikan kolam tambakan yang berumur 30 hari tersebut sudah dapat menempatinya yang sudah ditumbuhi oleh makanan alami.

Anak ikan yang telah berumur 1 bulan dapat dibesarkan di kolam selama 40 hari untuk mendapatkan benih tambakan sebesar 3-5 cm atau berat per ekornya 2 gr.

Benih-benih yang berukuran 3-5 cm (2 gr) dengan kepadatan 3.000 ekor per 100 m2 kolam, dapat dibesarkan lagi untuk mendapatkan benih yang berukuran 5 gr/ekor hanya dalam jangka waktu 30 hari. Tentunya persiapan kolam seperti sediakala lagi untuk menjaga makanan bagi benih.

Untuk mendapatkan ikan yang berukuran komsumsii berukuran 50 gr setiap ekornya, maka ikan-ikan yang berukuran berat 5 gr harus dipelihara selama 60 hari lagi, dengan persiapan kolan seperti waktu-waktu sebelumnya.

Makanan tambahan yang biasanya diberikan yaitu dedak halus yang ditebarkan kepada seluruh permukaan kolam. Pemberian pakan tambahan dapat diberikan pada pada pagi hari sekitar pukul 10.00 dan sore hari pukul 17.00. Pemberian dedak ini boleh berlebih dari yang dibutuhkan, karena walau tidak termakan nantinya akan menjadi pupuk yang akan membantu pertumbuhan pakan alami ikan.

Hama Pengganggu dan Pemberantasannya

Hama dikenal sebagai pemangsa (predator) merupakan organisme hidup yang bisa terdiri dari hewan air ataupun hewan darat. Hama yang umum ditemukan antara lain ular air, bulus (kura-kura), biawak, sero (lingsang), kodok dan burung.

Pemberantasan yang paling efektif yaitu dengan cara mekanik atau dengan membunuhnya secara langsung bila kebetulan ditemukan dilokasi. Cara lain yaitu dengan memasang perangkap (ranjau) bagi jenis hama tertentu serta memasang umpan yang telah dicampur dengan racun.

Selain hama, terdapat pula sekelompok hewan yang dapat digolongkan kedalam insekta air. Kelompok hewan ini banyak ditemukan pada areal pembenihan dan pendederan ikan, terutama menyerang serta memangsa telur dan benih ikan yang masih kecil. Berikut diantara insekta air yang sering ditemukan pada kolam pembenihan atau pendederan ikan tambakan.

Kini-kini

Kini-kini hidup dibawah permukaan air, berasal dari capung (ordonata). Kemampuan menangkap dan memakan mangsanya sangat tinggi dalam waktu yang sangat singkat. Cara memangsannya mula-mula ikan ditangkap kemudian menghisap darah dan memakan mangsanya dengan cara bertahap.

Pemberantasan

• Menghalangi capung agar tidak bertelur dipermukaan air

• Mengurangi padat penebaran

Ucrit

Ucrit (peupeundeuyan) merupakan larva dari Cybister atau kumbang air. Bentuknya memanjang seperti ulat, berwarna kehijauan, panjangnya 3-5 cm. Mula-mula ikan ditangkap dan dilumpuhkan dengan ujung ekor yang bercabang dua dan tajam. Ikan digenggam erat, mangsanya dimakan bagian demi bagian dengan cara digigit.

Pencegahan

• Gunakan sistem filter pada kolam pembenihan maupun kolam pendederean

• Hindari penebaran ikan pada kolam yang digenangi lebih dari satu minggu

• Padat penebaran jangan terlalu tinggi

• Gunakan sumber air yang kira-kira tidak mengandung bibit parasit dan hama

Notonekta

Bentuk maupun ukuran badan notonekta (bebeasan) persis seperti butiran beras dan seluruh dari bawah badannya (perut) berwarna putih. Hewan ini membunuh mangsanya dengan alat penusuk sekaligus berfungsi sebagai alat penghisap cairan tubuh ikan yang diserang.

Pencegahan

Pemasangan saringan pada pintu pemasukan air.

Pemberantasan

• Percikan minyak tanah keseluruh permukaan air kolan sebanyak 0,5 l/50 m2 luas permukaan air

• Penyemprotan kolam menggunakan insektisida dengan dosis 0,5-1,0 ml/m2 air dan biarkan selama 24 jam.

Parasit Penyebab dan Pemberantasannya

Penyakit ikan mudah sekali ditularkan dari satu ikan terhadap ikan lainya melalui kulit, insang, dan terutama melalui air sebagai media hidup ikan. Penurunan produksi dapat diakibatkan oleh adanya wabah penyakit, hama dan pengganggu. Penyebab penurunan produksi harus dikendalikan dan diberantas hingga tuntas tanpa mengabaikan kelestarian lingkungan.

Adapun jenis penyakit yang menyerang ikan tambakan dapat dilihat pada tabel dibawah ini berikut pengendalian dan pemberantasannya.

Tabel 1. Penyakit dan gejala

Tabel 2. Penyakit, pencegahan dan penanggulangannya

DAFTAR PUSTAKA

Daelami, D. 2002. Agar Ikan Sehat. Penebar Swadaya. Jakarta

Hardjamulia, A. 1978. Budidaya. Departemen Pertanian Badan Pendidikan dan oenyuluhan Pertanian. SUPM Bogor

Kusumah, H. 1985. Penyakit dan Hama Ikan. Departemen Pertanian Badan pendidikan, Latihan dan penyuluh Pertanian. SUPM Bogor

Susanto, H. 1990. Budidaya Ikan di Pekarangan. Peenebar Swadaya. Jakarta

Yusmaningsih J. dan Syafei L.S, 2005. Buku Seri Kesehatan Ikan “Ikan Tambakan Sehat Produksi Meningkat”. Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian, Jurusan Penyuluhan Perikanan, Bogor.

LihatTutupKomentar