PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN HAMA PENYAKIT PADA SIDAT

Hallo sahabat Sejuta Informasi Kita, Pada Artikel yang anda baca kali ini dengan judul PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN HAMA PENYAKIT PADA SIDAT, kami telah mempersiapkan artikel ini dengan baik untuk anda baca dan ambil informasi didalamnya. mudah-mudahan isi postingan yang kami tulis ini dapat anda pahami. baiklah, selamat membaca.

Sidat adalah salah satu komoditas hasil perikanan yang prospek pasarnya cerah dengan konsumen yang tinggi terutama diluar negeri. Popularitas sidat terkenal dengan rasa daging yang khas dan kandungan yang tinggi, dan beberapa konsumen menyatakan bahwa mengkonsumsi daging sidat dapat meningkatkan tenaga dan menyembuhkan penyakit pada kulit.

Dalam budidaya sidat sering mengalami kerugian yang cukup besar yang disebabkan oleh penyakit sehingga mematahkan semangat pembudidayanya. Penyakit sidat adalah segala sesuatu yang menimbulkan gangguan terhadap sidat yang disebabkan oleh organisme dan kondisi lingkungan yang kurang menujang kehidupan sidat. Serangan penyakit dikolam diakibatkan ketidakserasian interaksi antara sidat, kondisi lingkungan, dan organisme penyakit yang menyebabkan stress pada sidat sehingga mekanisme pertahanan diri menjadi lemah dan mudah terserang penyakit.

Untuk mengatasi hal-hal yang merugikan maka dilakukan suatu usaha penanggulangan yang dapat menekan angkah kematian. Beberapa pendekatan yang telah dilakukan terutama terhadap penggunaan bahan kimia. Namun kandungan bahan-bahan kimia ini ada yang tidak bisa dikendali oleh tubuh ikan sehingga terakumulasi dalam tubuhnya yang akan berpengaruh juga terhadap pengkonsumsi ikan sidat.

Suatu pendekatan yang dilakukan yaitu dengan penggunaan bahan-bahan alami. Selain mudah didapatkan juga dari segi ekonomi harganya murah dan tersebar diseluruh daerah-daerah serta dikenal oleh lapisan masyarakat. Bahan-bahan seperti daun sirih, mahkota dewah,daun samiloto, kunyit dan sejenisnya merupakan obat-obatan alami yang dipercaya masyarakat dapat menyembuhkan berbagai penyakit. Dengan demikian digunakan suatu pertimbangan alami untuk memanfaatkan bahan tersebut untuk mengatasi penyakit yang menyerang sidat. Juga hal ini bermanfaat untuk pengkomsumsi yang aman dari bahan-bahan kimia yang terkandung dalam tubuh ikan. Selain itu juga dalam pemasaran dapat memberikan label yang dapat menarik minat orang misalnya “mengkomsumsi daging sidat anda akan umur panjang karena selama pemeliharaan diberikan mahkota dewa”.

Morfologi Ikan Sidat

Sidat mempunyai bentuk yang relatif serupa dengan belut tetapi keduanya memiliki ordo yang berbeda. Menrut Bleeker, sidat mempunyai kasifikasi sebagai berikut

Filum : Chordata

Klas : Pisces

Ordo : Apodes

Famili : Anguillidae

Genus : Anguilla

Spesies : Anguilla sp

Ciri utama sidat dewasa adalah bentuk tubuhnya menyerupai belut, namun jika diperhatikan ada beberapa perbedaan morfologi yaitu, sidat memiliki sirip ekor, sirip punggung, dan sirip dubur yang sempurna. Sedangkan belut tidak memiliki sirip sama sekali. Sirip sidat dilengkapi dengan jari-jari lunak yang dapat dilihat dengan mata biasa. Ketiga sirip yang dimiliki saling berhubungan menjadi satu mulai dari punggung keekor dan berakhir dibagian ventral tubuhnya.

Sidat mempunyai kulit lembut dan sangat berlendir. Sidat memiliki sisik yang ukurannya kecil yang terletak dibawah kulit. Dengan tidak adanya sisik yang besar, kemampuan sidat bernafas melalui permukaan kulit sama baiknya dengan melalui insang.

Sidat memiliki bagian tubuh yang sangat sensitif terhadap getaran terutama dibagian samping. Bagian tubuh yang sensitif ini membantu pergerakan sidat sebab kemampuan penglihatannya kurang baik. Disampnng itu organ penciuman, yang sangat pekah juga membantu mengatasi kelemahan daya penglihatannya.

Tingkah Laku Ikan Sidat

Sidat merupakan hewan yang bersifat katadrom yaitu mampu hidup diair tawar dan air asin. Sidat kecil hidup diar tawar dan setelah dewasa bermigrasi ke laut untuk memijah. Pada proses migrasi pertama, elver berukuran panjang sekitar 7 cm dan pada migrasi tahap kedua yaitu berukuran 15-20 cm dan besarnya seperti pensil.

Selama migrasi, perkembangan mengalami perubahan warna tubuh, penurunan bobot dan berat badan yang disebabkan selam migrasi elver tidak makan.

Proses migrasi dipengaruhi beberapa faktor lingkungan, antara lain, suhu air, cahaya, pasang surut, salitas, dan angin. Elver yang telah hidup di air tawar dan tumbuh menjadi sidat dewasa akan berusaha kembali kelaut untuk melakukan pemijahan. Setelah melakukan pemijahan induk sidat biasanya menemui ajalnya. Anak sidat yang telah keluar dari induknya akan segera berusaha mencapai pantai.

Larva sidat (Leptocephalus) berukuran 5 mm secara fasif terapung mendekati pantai dan muara sungai. Setelah berumur 4 tahun hingga 8 tahun, sidat sudah matang kelamin dan akan berusaha mencapai perairan yang dapat mengantarkannya kelaut dalam untuk memijah.

Perpindahan sidat (migrasi) sidat menuju daerah baru yang cocok untuk melakukan pemijahan dikenal dengan ruaya yang merupakan kebutuhan dasar dan merupakan mata rantai dalam mempertahankan kelestariaannya. Ruaya tidak dapat dipisahkan dari kehidupan sidat dengan tujuan tertentu yaitu, untuk mengadakan aktivitas pemijahan dan untuk mencari makan dan menuju daerah asuhan serta mendapatkan lingkungan baru karena lingkungan asalnya tidak menunjang lagi.

Dalam beruaya untuk mengadakan aktivitas pemijahan, sidat yang telah matang kelamin menuju kelaut yang dalam antara 4.000.- 5.000 m. telur sidat melayang dan bersifat planktonis. Telur sidat yang berhasil menetas akan menghasilkan larva yang di kenal dengan sebutan lepthocephalus yang bergerak kepermukaan air sesuai dengan perkembangan tubuhnya dan menyebar keberbagai arah dengan menghanyutkan diri mengikuti arus permukaan laut.

Pada saat memasuki perairan tawar, terjadi perubahan bentuk tubuh larva sidat yang berbentuk pipih dan transparan menjadi elver yang tubuhnya berbentuk silinder. Bersamaan dengan itu sidat akan berubah menjadi lebih pendek, bertambah gelap, dan terjadi pergantian gigi susu menjadi gigi permanen.

Elver yang berhasil mengatasi semua hambatan akan hidup di air tawar dan tumbuh menjadi dewasa. Setelah mencapai matang kelamin, sidat dewasa secara naluri akan berusaha kembali ke laut dalam melakukan aktivitas pemijahan.

Di air tawar sidat hidup dihabitat bebatuan yang digunakan sebagai tempat perlindungan terutama dari terik matahari. Dan sering dijumpai didaerah berlubang-lubang gelap atau membenamkan dirinya dalam Lumpur di dasar perairan.

Sidat bernapas dengan insang dan kadang-kadang dibantu oleh organ pernapasan lainnya. Selain mampu mengambil oksigen dalam air sidat juga mampu menghirup oksigen langsung dari udara. Utnuk meng hirup oksigen dari udara, sidat cukup mengeluarkan mulutnya kepermukaan air. Selain kedua cara tersebut, sidat juga mampu bernapas melalui kulit diseluruh permukaan tubuhnya. Kulit sidat dilengkapi mekanisme tertentu sehingga mampu mengambil oksigen.

Sidat merupakan hewan nokturnal yaitu aktif mencari makan pada malam hari dan pada siang hari beristirahat. Sidat bersifat pasif dan lebih senang dihidup ditempat gelap. Makanan utama larva sidat adalah plankton dan sidat dewasa sudah berubah menjadi karnivor.

Matang kelamin sidat jantan relatif lebih cepat daripada induk betina. Sidat jantan matang kelamin pada usia 3 thn – 4 thn dan betina pada umur 7 thn – 8 tahun. Sidat yang matang kelamin panjang tubuhnya 60 – 160 m cm dan ditandai dengan perubahan tubuhnya yang semakin gelap, bagian perutnya berwarna orange terang, dan dasar sirip dada berwarna kuning keemasan.

Sidat jantan dan betina yang telah matang kelamin akan berusaha mencari jalan keluar untuk beruaya menuju laut. Dalam upaya menuju kedaerah pemijahan, sidat akan berenang dibawah permukaan air. Ruaya sidat ini biasanya dilakukan pada malam hari, saat suasana lingkungan disekitarnya sudah cukup gelap.

Jumlah gerombolan sidat yang akan beruaya dapat mencapai ribuan sehingga sering menimbulkan perubahan warna perairan yang dilaluinya. Mereka bergerak secara berpasang-pasangan, sebab telur sidat yang telah dikeluarkan oleh induk betina harus segera dibuahi oleh sperma dari induk jantan.

Selama perjalanan ketempat pemijahan, induk sidat menghentikan aktivitas makan sehingga warna tubuhnya yang semula cokelat kehitam-hitaman berubah menjadi kekuning-kuningan dan akhirnya menjadi keperak-perakan. Akibat lain yang timbulkan karena berhenti makan adalah rusaknya saluran pencernaan sehingga setelah melaksanakan aktivitas pemijahan induk sidat akan menemui ajalnya.

Di Indonesia pemeliharaan sidat masih tergolong baru, sehingga teknologinya belum banyak dikuasai petani ikan secara benar. Pemeliharan sidat pada umumnya masih merupakan usaha pembesaran, yaitu benih yang ditangkap dialam dipelihara dikolam hingga mencapai ukuran tertentu sesuai dengan permintaan konsumen.

Benih Sidat

Benih sidat berasal dari alam biasanya ditangklap oleh petani saat akan menuju perairan tawar. Penangkapan elver biasanya dilakukan di mulut sungai pada saat air sedang pasang.

Ukuran panjang benih sidat bervariasi antara 5 cm – 7 cm, tergantung pada benih sidat. Tubuh benih sidat umumnya berwarna bening dan beratnya antara 0,15 g – 2,0 g.

Tahap Pemeliharaan Sidat

Ada dua tahap pemeliharaan sidat , yaitu pemeliharaan impunan dan pemeliharaan lanjutan. Pemeliharaan impunan adalah pemeliharaan sidat yang dilakukan dikolam elver sejak ditangkap dari perairan hingga siap ditebar dikolam pemeliharaan pertama. Pemeliharaan lanjutan adalah pemeliharaan sidat dikolam kedua, yaitu sejak sidat dipanen dari hasil pemeliharaan dikolam elver atau kolam pemeliharaan pertama.

1. Pemeliharaan di Kolam Elver

Pemeliharaan sidat dikolam elver adalah pemeliharaan benih sidat yang baru diperoleh dari alam (elver). Benih yang akan ditebarkan diperiksa untuk mengetahui dan mencegah terjadinya luka, penyakit, atau lemah.

Padat penebaran benih sidat biasanya antara 150 g – 300 g/m2. pada pemeliharaan sidat secara intensif maka padat penebarannya dapat ditingkatkan hingga mencapai 600 g – 1.200 g/m2. tingkat kelangsungan hidup benih pada pemeliharaan intensif adalah berkisar antara 80% - 90% setelah benih sidat mencapai ukuran 1 gram.

Pakan yang terbaik pada saat pemeliharaan elver adalah cacing tubifex. Pada lima hari pertama pakan diberikan dengan ditebarkan disekitar dinding kolam. Selanjutnya areal pemberian pakan tersebut dipersempit hingga akhirnya pemberian pakan dipusatkan pada satu tempat tertentu. Dengan cara ini sidat diperbiasakan makan pada tempat tertentu dan waktu tertentu.

Pemberian pakan pada dua minggu pertam adalah dua kali yaitu pagi dan sore hari. pada minggu ketiga dan keempat pemberian pakan mmulai dilakukan dengan mengkombinasikan pakan alami dan pakan buatan. Secacra pelan-pelan, jumlah pakan buatan ditingkatkan sehingga pada akhirnya seluruh pakan benih sidat adalah pakan buatan.

Lama pemeliharaan elver dikolam impunan kurang lebih satu bulan. Benih sidat diseleksi dan dipelihara dikolam berikutnya. Kolam pemeliharaan sebaiknya ditebari elver yang berukuran relatif sama untuk menghindari kanibalisme elver yang lebih besar tehadap elver yang kecil.

2. Pemeliharaan Dikolam Pertama

Pemeliharaan dikolam pertama adalah pemeliharaan sidat hasil panen dari kolam pemeliharaan elver. Lama pemeliharaan dikolam pertama berkisar antara empat bulan sampai enam bulan, tergantung pada ukuran sidat yang dikehendaki.

Cara pemliharaan dikolam pertama pada prinsipnya merupakan lanjutan dari cara pemeliharaan kolam elver, tetapi tingkat kepadatannya ditambah yaitu 3 kg – 6 kg/m2. benih yang diperoleh dari kolam elver diseleksiberdasarkan bobot tubuh. Benih sidat yang ukurannya relatif sama dipelihara dalam satu kolam dan yang lainnya dipelihara dalam kolam terpisah.

Keuntungan yang diperoleh dari seleksi benih :

• Dapat memelihara sidat dengan kepadatan yang sesuai

• Meningkatkan laju konversi pakan dengan menimilkan pakan terbuang karena pemberian yang berlebihan.

• Memudahkan pengamatan kondisi fisiologis sidat

• Dapat melakukan pembersihan kolam.

3. Pemeliharaan di Kolam Kedua

Pemeliharaan dikolam kedua adalah pemeliharaan sidat yang diperoleh dari kolam pemeliharaan pertama. Lam pemeliharaan dikolam kedua biasanya dilakukan hingga sidat mencapai usia atu tahu atau lebih.

Pada suatu peride pemeliharaan selalu dijumpai sekelompok sidat yang mempunyai lajupertumbuhan relatif lebih baik dibanding dengan yang lain. Pemeliharaan sidat dikolam kedua ini sebaiknya dilakukan seleksi kembali terhadap benih yang diperoleh dari kolam pemeliharaan pertama. Tujuan dilakukan seleksi ini adalah menghindari pemeliharaan sidat dengan ukuran yang berbeda.

Padat penebaran sidat pada pemeliharaan kolam kedua ini sedikit lebih tinggi daripada pemeliharaan sebelumnya, yaitu 9 kg – 21 kg/m2.

PENYAKIT YANG MENYERANG SIDAT

Penyakit sidat dapat disebabkan oleh suatu organisme dan kondisi lingkungan yang kurang menunjang kehidupan sidat. Serangan penyakit dikolam pemeliharaan diakibatkan oleh ketidak serasian interaksi antara sidat, kondisi lingkungan, dan organisme penyakit yang menyebabkan stress pada sidat sehingga mekanisme pertahanan diri yang dimilikinya menjadi lemah dan mudah diserang.

Sumber Penyakit.

Penyakit yang menyerang sidat dikelompok menjadi tiga golongan utama :

 Hama, predator yang memangsa sidat, competitor yang menimbulkan persaingan dalam pmenapatkan oksigen, dan sebagai pencuri.

 Parasiter, yang disebabkan oleh Virus, bakteri, jamur, protozoa.

 Penyakit non-parasiter, bukan oleh suatu hama atau organisme, yang disebabkan oleh tiga faktor :

 Faktor lingkungan, perubahan suhu yang tiba-tiba, pH terlalu tinggi atau rendah, dan lain-lain.

 Kualitas pakan, kekurangan vitamin, gizinya rendah, bahan baku busuk, mengandung racun.

Turunan, kelainan tubuh sejak lahir.

Penyakit yang menyerang sidat.

Tabel 1. Penyakit yang menyerang ikan Sidat

DAFTAR PUSTAKA

Daelani, Deden. 2001. Agar Ikan Sehat,. Penebar Swadaya. Jakarta.

Ghufron, M.2004. Hama dan Penyakit Ikan. Penerbit PT. Rineka Cipta, Jakarta.

Hermanto, Ning, 2004. Menggempur Penyakit Hewan Kesayangan dengan Mahkota Dewa. Penerbit, Penebar Swadaya, Jakarta.

Liviawaty, E dan Afrianto, Eddy,1998. Pemeliharaan Ikan Sidat. Penerbit, Kanisius, Yokyakarta.

Mangayu S. dan Syafei L.S, 2005. Buku Seri Kesehatan Ikan “Sidat Sehat Produksi Meningkat”. Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian, Jurusan Penyuluhan Perikanan, Bogor.

LihatTutupKomentar