PENGENDALIAN DAN PENANGGULANGAN HAMA PENYAKIT PADA IKAN BAUNG

Hallo sahabat Sejuta Informasi Kita, Pada Artikel yang anda baca kali ini dengan judul PENGENDALIAN DAN PENANGGULANGAN HAMA PENYAKIT PADA IKAN BAUNG, kami telah mempersiapkan artikel ini dengan baik untuk anda baca dan ambil informasi didalamnya. mudah-mudahan isi postingan yang kami tulis ini dapat anda pahami. baiklah, selamat membaca.

Budidaya ikan merupaka alternatif yang dapat meningkatkan taraf hidup masyarakat petani nelayan. Salah satu jenis ikan yang sangat potensial untuk dibudadayakan adalah ikan baung. Ikan baung adalah sejenis lele yang hidup di perairan umum, seperti sungai dan danau. Di Indonesia, ikan baung cukup populer dan amat digemari oleh konsumen, khususnya di Sumatera dan Kalimantan karena dagingnya tebal dan memiliki rasa yang khas. Karena nilai ekonomisnya yang tinggi, ikan baung senantiasa diburu dan ditangkap. Sampai saat ini kebutuhan ikan baung untuk konsumsi masih diperoleh dari penagkapan di alam. Penangkapan tanpa memperhatikan kelestarian tentunya akan dapat menurunkan populasi ikan baung,bahkan dapat mengakibatkan kepunahan. Gejala kepunahan ini sudah dirasakan oleh masyarakat Sumatra Tengah (Jambi, Riau, Bengkulu), Sumatera Selatan, dan Kalimantan.

Alternati untuk mencegah kepunahan ikan baung di alam bebas dan meningkatkan pendapatan petani ikan, melalui kegiatan budidaya, budidaya ikan baung dapat menggunakan karamba atau di kolam. Ketersedian benih yang cukup dan bermutu, selain untuk keperluan budidaya, dapat juga untuk restoking di perairan umum, sehingga ketersediaan ikan tersebut tetap lestari.. untuk itu, perlu adanya upaya pembenihan antara lain melalui teknik pemijahan ikan dengan sistem rangsangan hormon.

Hasil benih dari pembenihan ternyata belum juga memenuhi kebutuhan untuk pembenihan atau pembesaran. Usaha pembenihan dan pembesaran ikan baung masih mengalami berbagai kendala, sehingga informasi tentang teknologi budidaya dan pencegahan hama penyakitnya sangat diperlukan.

Taksonomi

Ikan baung diklasifikasikan ke dalam :

Phylum : Chordata

Kelas : Pisces

Sub–kelas : Teleostei

Ordo : Ostariophysi

Sub–Ordo : Siluroidae

Famili : Bagridae

Genus : Macrones

Spesies : Macrones nemurus CV (Saanin, 1968)

Menurut Imaki et al. (1978), ikan baung dimasukkan dalam Genus Mystus dengan spesies Mystus nemurus CV.

Marfologi

Ikan baung mempunyai bentuk tubuh panjang, licin, dan tidak bersisik; kepalanya kasar dan depres dengan tiga pasang sungut di sekeliling mulut dan dekat ubang pernafasan, sedangkan panjang sungut rahang atas hamper mencapai sirip dubur. Pada sirip dada dan sirip punggung, masing-masing terdapat duri patil. Ikan baung mempunyai sirip lemak (adipose fin) di belakang sirip pungung. Sirip ekor berpingiran tegak dan ujung ekor bagian atas memanjang menyerupai bentuk sungut. Bagian atas kepala dan badan berwarna coklat kehitam-hitaman sampai pertengahan sisi badan dan memutih kearah bagian bawah. Panjang tubuh bisa mencapai 50 cm (Webber dande Beaufort,1965 dan Tang 2000).

Habitat

Ikan baung banyak hidup di perairan tawar, seperti sungai dan danau, juga terdapat di perairan payau muara sungai. Ikan baung menyukai tempat-tempat yang tersembunyi dan tidak aktif keluar berkisar antara 26-30Âșc, pH berkisar antara 4 – 9, kandungan oksigin terlarut optimal 5-6 ppm.

Pola Pertumbuhan

Pertumbuhan ikan baung adalah allomtrik. Pertambahan berat lebih cepat dari pada pertambahan panjang badan. Sedangkan berdasarkan jenis kelamin, pertumbuhan ikan baung jantan berpola isometrik, dimana pertambahan berat sebanding dengan pertambahan panjang badan. Dengan demikian , factor makanan memegang peranan yang sangat penting. Jika ikan baung semakin banyak mendapat makanan, maka pertumbuhan beratnya semakin tinggi. Karena itu ikan baung berukuran besar cenderung agresif mencari makan sehingga pertumbuhannya berpola allometrik. Factor lain yang mempengaruhi pertumbuhan ikan baung adalah kematangan gonad. Ikan baung betina memiliki pola pertumbuhan allometrik. Hamper 77% ikan baung betina mengandung telur sehingga berat telur tersebut mempengaruhi pola pertumbuhannya. Hal ini juga menyebabkan pola pertumbuhan ikan baung (jantan dan betina ) berpola allometrik.

Kebiasaan Makan

Pada umumnya ikan mempunyai kemampuan beradaptasi yang tinggi terhadap makanan dan pemanfaatan makanan yang terserdia disuatu perairan. Dengan mengetahui kebiasaan makan ikan, maka kita dapat mengetahui hubungan ekologi organisme dalam suatu perairan, misal bentuk-bentuk pemangsaan persaiangan makanan dan rantai makanan. Beberapa penelitian menunjukan bahwa ikan baung termasuk jenis ikan karnivora dengan susunan makanan terdiri atas ikan, insekta,udang, annelida, nematoda, detritus, sisa-sisa tumbuhan, atau organik lainnya. Makanan utama ikan baung dewasa terdiri atas ikan dan insekta, sedangkan makanan utama anakan ikan baung hanya berupa insekta. Djajadiredja et al .(1977) mengemukakan bahwa ikan baung termasuk jenis ikan omnivora dengan makanan terdiri atas Dari komposisi organisme yang dijumpai dalam isi lambung ikan baung ternyata bahwa ikan initergolong jenis ikan pemakan segala (omnivora) dengan kecenderungan pada jenis insekta air dan ikan ini mengarah kepemakan daging (karnivora).

Pemijahan/Penyuntikan

Pemijahan baung dilakukan secara buatan (penyuntikan) atau semi alami. Induk ikan baung betina dan jantan yang telah diseleksi dan disimpan dalam wadah yang terpisah. Untuk penyuntikan ikan dalam pemijahan digunakan hormon ovaprim dengan dosis 0,6-0,9 ml/kg betina dan jantan 0,5 ml/kg. Penyuntikan dilakukan 2 kali, yakni penyuntikan pertama ¼ bagian dan suntikan kedua ¾ bagian, interfal waktu penyutikan pertama dan kedua antara 6-12 jam. Induk betina yang telah ovulasi kurang lebih 6-8 jam setelah penyuntikan kedua, dilakukan striping (pengurutan telur). Untuk mendapatkan sperma, ikan jantan dibedah, kemudian testis dicuci/dibersihkan dari darah dan lemak yang melakat. Selanjutnya sperma dilarutkan dalam larutan NaCl 0,9% sebanyak setengah bagian. Bilaterlalu pekat, tmabahkan NaCl sampai larutan berwarna putih susu agak encer. Campurkan sperma sedikit demi sedikit kedalam telur aduk dengan rata.

Pemeliharaan Larva

Telur yang telah menetas dipanen larva yang dihasilkan dipindahkan ke dalam akuarium pemeliharaan larva. Faktor penting dalam penebaran atau pemeliharaan adalah padat penebaran, padat penebaran untuk larva ikan baung berkisar antara 10-20 ekor/liter air. Penebaran larva dilakukan 1-5 hari setelah pengisian air pada wadah pemeliharaan.hal ini dimaksudkan untuk menginkubasi air sehingga dapat memotong siklus hidup organisme patogen yang mungkin terdapat pada media itu.

Larva ikan baung berumur 1-5 hari dapat diberi pakan berupa Artemia salina atau Moina sp, dengan kepadatan 1-2 ekor/ml. Pada saat berumur 3-8 hari, larva ikan baung sudah dapat dibericincangan cacing Tubifex sp dan Daphnia sp. Ketika umur ikan baung 7/8 hari larva ikan baung dibrikan pakan cacing Tubifex sp. Sebanyak 10 mg/ekor. Pemeliharaan ini selama kurang lebih 14 hari.

Pendederan

Pendederan benih baung merupakan salah satu tahap kegiatan pembenihan untuk mendapatkan benih baung yang siap dibesarkan. Pendederan benih baung biasanya dilakukan dalam bak atau kolam pendederan. Persiapan kolam, pemupukan maupun pemeliharaan benih baung selama di kolam pendederan, sama seperti yang biasa dilakukan untuk pendederan jenis – jenis ikan Benih ditebar pada pagi atau sore hari dengan kepadatan 100 ekor/m². Pakan diberikan setiap hari berupa tepung pellet sebanyak 0,75gr/1000 ekor. Lama pemeliharaan benih selama 1 bulan atau telah mencapai berat 10-20 gr. Ikan yang dibudidayakan seringkali mengalami serangan penyakit. Penyakit dapat berkembang akibat bermacam-macam faktor antara lain trauma pengangkutan, kekurangan pakan, perubahan sifat fisik kimia air, serta epidemi dari suatu penyakit. Sebenarnya, ikan mempunyai kekebalan terhadap serangan hama dan penyakit selama berada dalam kondisi lingkungan yang baik dan tidak ada faktor-faktor di atas yang memperlemah badannya.

Tanda-tanda Umum Ikan Sakit

Serangan penyakit sering datang mendadak. Untuk itu, gejala awal yang tampak perlu dideteksi agar masalah lebih lanjut dapat ditangani dengan segera. Setelah gejalanya diketahui, selanjutnya dilakukan diagnosa untuk mengetahui faktor penyebabnya, kemudian dilakukan tindakan pengobatan dengan jenis obat dan dosis yang tepat. Untuk itu, tanda –tanda berikut ini perlu dipahami.

Tingkah laku

Ikan yang sakit bisanya memperlihatkan tingkah laku menyimpang, misalnya menggosok-gosokkan badanya pada benda-benda seperti batu, tanaman liar, atau piunggiran pematang /dinding akuarium. Pada kasus lain iakn kehilangan keseimbangan sehingga gerakan tidak terkontrol. Pada akhirnya ikan diam didasar dengan kedua sirip dada terbuka atau sekali-kali muncul kepermukaan air seperti menggantung. Ada pula ikan yang sakit membuka kedua tutup insangnya lebih lebar dari biasanya, frekuensi pernafasannya meningkat, dan tampak terengah-engah dan lamakelamaan ikan kurang nafsu makan.

Kelainan warna tubuh

Jika tubuh ikan berubah menjadi pucat perlu dicurigai, barangkali sudah ditempeli parasit tertentu. Namun ,perubahan warna tubuh itu juga dapat disebabkan oleh kondisi terkejut karena terjadi pergantian intensitas cahaya dari gelap keterang. Jika hal itu terjadi, biasanya warna ikan kembali normal dalam waktu yang tidak terlalu lama. Perubahan warna tubuh juga sering terjadi jika ikan dalam keadaan takut atau seaat setelah memijah (ikan betina). Berdasarkan hal itu ,perubahan warna tubuh ikan dapat disebabkan oleh serangan parasit ataupun oleh faktor diluar penyakit. Kelainan warna dapat dianggap sebagai gejala dari suatu penyakit bila tidak ada penyebab lain seperti takut, terkejut, atau habis memijah. Perubahan warna yang disebabkan oelh penyakit biasanya bersifat permanen (berlangsung lama).

Produksi lendir

Ikan sakit sering kali memproduksi lendir berlebihan. Hal ini jelas terlihat pada ikan yang berwarna gelap. Sebaliknya, kelebihan lendir itu agak sulit duketahui pada ikan yang berwarna terang karena warna lendir itu bening hingga keabu-abuan. Produksi lendir yang berlebihan biasanya disebabkab oleh parasit yang menyerang bagian kulit. Banyaknya lendie tergantung pada intensitas serangan.

Kelainan bentuk organ

Serangan parasit tertentu akan menimbulkan kelainan pada bagian tubuh ikan, misalnya berupa bintik-bintik putih pada sirip, sisik, maupun pada bagian lain. Kelainan bentuk juga dapat terjadi pada perbatasan dua keping tutup insang trdapat tonjolan atau bengkak. Bila serangan sangat hebat, akan terjadi infeksi yang parah sehingga tonjolan itu menyebar keseluruh bagian tubuh seperti insang, mta, dan bahgian kepala. Bagian kulit, termasuk juga otot, tak luput dari resiko terkena serangan parasit yang mengakibatkan bintik-bintik merah atau menunjukkan gejala adanya semacam tumor pada kulit.

Faktor kondisi

Tedapat korelasi antara bobot seekor ikan dengan panjangnya dikaitkan dengan kondisi kesehatan ikan yang bersangkutan. Bila perbandingan berat dan panjang ikan tidak seimbang dalam arti hasilnya lebih kecil dibandingkan dengan angka indeks faktor kondisi ikan sehat maka ikan tersebut dikategorikan menderita sakit.

Penyebab Ikan Sakit

Ikan tidak sehat dapat juga diakibatkan oelh kondisi lingkungan seperti sifat fisika dan kimia air yng tidak cocok bagi ikan atau karena pakan yang tidak cocok.

Kondisi pH

Kondisi pH yang sangat rendah (sangat asam) atau sebaliknya terlalu tinggi (sangat basa) dapat mengganggu kehidupan dan kesehatan ikan. Setiap jenis ikan memperlihatkan respon berbeda terhadap fluktuasi perubahan pH, dan dampak yang ditimbulkannya bermacam-macam. Oleh sebab itu, pengukuran pH untuk mengetahui pola perkembangannya perlu dilakukan agar kesehatan ikan selalu terpantau.

Kekurangan oksigen

Gejala umum ikan yang kekurangan oksigen akan terlihat setres.ikan sering muncul kepermukaan air mengambil oksigen dari udara bebas dan berenang terhentak-hentak. Beberapa hal yang menjadi penyebab antara lain padat penebaran yang terelalu tinggi, suhu tinggi, kurang ayau tidak ada tanaman air sama sekali, kurang sinar matahari, dan tertimbunya bahan organik sari sisa pakan ataupun tananman air yang mati. Konsentrasi oksigen terlarut dalam wadah budidaya yang sangat rendah menyebabkan ikan mudah terserang penyakit dan parasit, kadang-kadang tidak mau makan, dan tidak dapat berkembang dengan baik pada konsentrasi oksigen kurang dari 4ppm (4 mg/liter).

Keracunan

Akibat keracunan biasanya fatal karena kematian yang terjadi secara massal/serentak dan berlangsung cepat. Penyebab keracunan biasanya berasal dari pakan yang busuk atau adanya gas beracun seperti gas rawa, amoniak, dan asam belerang.

Pakan tidak baik

Pakan dapat menimbulkan kerugian jika menjadi sumber infeksi penyakit, terutama bila komposisi gizinya buruk, misalnya kekurangan vitamin atau mengandung bahan yang busuk dan beracun. Kualitas pakan yang buruk seracara pemberian ayng kurang tepat akan memacu peradangan yang serius pada saluran pencernaan sehingga perut ikan terlihat membengkak dan terjadi pendarahan.

Perubahan suhu

Perubahan suhu yang menddak mengakibatkan ikan mengalami shock dan menderita setres. Nafsu makan ikan berkurang sejalan dengan penurunan suhu. Jika penurunannya besar dan drastis ikan akan berhenti makan, pertumbuhannya lambat, bahkan terhambat. Sebaliknya,jika terjadi kenaikan suhu yang ekstrim, ikan menjadi sulit bernafas. Jika ini berlangsung lama, ikan menjadi sangat rentan terhadap serangan penyakit dan parasit.

Upaya Pencegahan

Ada pepatah kuno yang sangat populer yang menyebutkan bahwa mwncegah lebih baik dari pada mengobati. Tindakan pencegahan bertujuan untuk mencegah masuknya wabah penyakit kedalam wadah budidaya ikan, untuk mencegah melusnya wilayah yang terkena penyakit, dan untuk mengurangi kerugian produksi ikan akibat timbulnya penyakit. Sanitasi Kolam

Sanitasi kolam dilaksanakan melalui pengeringan, penjemuran, dan pengapuran bak/kolam dengan kepur tembok Ca (OH)2 sebanyak 200g/m² yang ditebar merata di permukaan tanah dasar kolam. Kondisi ini dibiarkan selama 7-10 hari, setelah itu baru kolam diairi dansiap ditebar ikan. Bisa juga menggunak kalium permanganat (PK) yang ditebar pada kolam berair sebanyak 10-20 g/m3 air dan dibiarkan selama 1 jam. Ikan dimasukan setelah air berubah normal kembali karena adanya pergantian air.

Sanitasi Ikan Tebaran

Ikan yang akan ditebarkan diperiksa dulu, apabila menunjukan adanya kelainan atau sakit harus dikarantina untuk pengobatan. Ikan tebaran yang dianggap sehat pun harus direndam dalam larutan PK (20g/m3 air), malachyte green (40 mg/10 liter air), atau dengan formalin (1 cc/10 liter air) masing-masing selama 10-15 menit. Sanitasi Perlengkapan dan peralatan: Perlengkapan atau peralatan kerja sebaiknya selalu dalam keadaan suci hama yaitu dengan cara merendamnya dalam larutan PK atau larutan kaporit selama 30-60 menit.

Menjaga Lingkungan Tempat Budidaya

Upaya perlidungan dari gangguan hama dan parasit ikan adalah dengan menjaga lingkungan budidaya dan perairan. Pematang kolam dibersihkan dari tumbuhan liar yang sering menjadi tempat persembunyian hewan darat seperti ular dan kodok. Pohon yang rindang dikurangi agar tidak mengurangi masuknya sinar matahari. Setiap kolam/bak diusahakan mendapatkan pemasukan air yang baru dan segar. Selain itu, bahan-bahan organik seperti sampah yang memungkinkan masuk kewadah budidaya dikurangi.

Penyakit yang Umum Menyerang Baung

Penyakit parasit

Parasit merupakan hewan atau tumbuh-tumbuhan yang menggantungkan hidupnya pada inangnya. Penyakit yan berasal dari bakteri, jamur, protozoa, ataupun cacing.

Penyakit yang diakibatkan oleh Bakteri

Penyakit yang diakibatkan oleh bakteri disebut penyakit bakterial. Penyakit ini secara umum ditandai dengan adanya luka berwarna kemerah-merahan atau bercak-bercak merah pada bagian tubuh luar ikan, seperti bisul berisi cairan, sirip mengalami pembusukan sehingga rusak, insang pucat dan rusak, perut mengalami pembengkakan, dan kadang-kadang ekor ikan putus. Jenis bakteri yang menyerang ikan air tawar, terutama lele dan baung adalah bakteri Aeromonas hydrophyla. Bakteri ini dapat menyebabkan penyakit jika kondisi lingkungan ataupun ikan itu sendiri menjadi buruk. Pencegahan penyakit bakterial dapat dilakukan dengan menggunakan oat-obatan seperti Malacheet Green. Malacheet Green berupa serbuk hijau yang biasa dibeli di apotik atau toko-toko obat. Doseis yang digunakan adalah 1-15mg/liter. Ikan yang sakit direndam dalam larutan Malacheet Green selama 10-15 menit.

Penyakit yang diakibatkan oleh jamur

Ikan yang terserang jamur ditandai dengan kulit ikan yang ditumbuhi benang-benang halus seperti kapas berwarna putih kecoklat-colkatan. Jenis jamur yang sering menyerang ikan air tawar (seperti catfish) adalah jamur Aphanomyces (menyerang bagian dalan tubuh) dan Saprolegmia (menyerang bagian luar tubuh)

Pencegahan dan pengobatan penyakit ini dapat dilakukan dengan menjaga kebersiahan media pemeliharaan dan menghindari perlakuan yang dapat menimbulkan luka pada ikan. Ikan yang terserabg penyakit jamur dicelupkan ke dalam larutan Malacheet Green dosis 60 g/m³ selama 15 menit, atau dengan dosis 2-3 gram/m³air selama 1 jam atau dicelupkan dalam larutan formalin (kadar 10%) dengan dosis 1,5-2 cc/liter air selama 15 menit.

Penyakit yang disebabkan oleh Protozoa

Penyakit yang paling sering dijumpai pada larva adalah penyakit bintik putih (whate spot). Penyakit ini disebabkan oleh parasit dari jenis Ichthyophthirius multifilis. Penyakit ini nerusak sel-sel lendir ikan dan dapat menyebabkan pendarahan yang sering terlihat pada sirip dan insang ikan.

Pencegahan penyakait Ichthyophthirius multifilis dapat dilakuka dengan menciptakan suasana kesegaran dan kesehatan bagi ikan dengan mengusahakan kualiatas air tetap dalam kondisi optimal yang disertai pemberian pakan yang baik. Pengobatan atau pemberantasan penyakit ini dapat dilakukan dengan: • Ikan yang sakit direndam dalam larutan garam dapur (NaCI) dosis 10-15 g/liter air selama 20 menit atau 25g/liter selama 10-15 menit. • Ikan yang sakit direndam dalam larutan Malacheet Green 0,05 mg/liter air selama 3-4 hari atau 0.15 mg/liter. • Suhu air pemeliharaan ditingkatkan menjadi 30°c dan setiap hari diganti air 50%. • Ikan yang sakit direndam dalamacriflavine (hydrochlrida) dosis 10mg/liter air.

Penyakit yang diakibatkan oleh Lernea

Parasit Lernea merupakan parasit yang menempel pada bagian luar tubuh ikan. Parasit ini dapat menyebabkan luka-luka sehingga menjadi jalan masuk nagi bakteri, jamur, atau virus. Timbulnya Lernia ini disebabkan oleh banyaknya bahan organik berupa sampah, sisa makanan dan sisa pemupukan, pengairan kolam yang tidak mengalir, suhu yang relatif tinggi,atau padat penebaran yang tinggi. Gejala-gejala yang terserang penyakit Lernea adalah pada bagian badan, sirip, dan mata ditemukan parasit yang menempel. Ikan yang terserang penyakit ini juga sering mengalami luka-luka atau radang pada tempat melekatnya parasit. Pencegahan penyakit Lernea dapat dilakukan dengan menyaring air terlebig dahulu sebelum dimasukan ke wadah budidaya. Ikan yang sakit direndam dlm larutan PK (Kalium Permangana = KMn04) dosis 20-25mg/liter air selama 2-3 jam. Pengendalian penyakit dapat juga dilakukan dengan perendaman ikan dalam larutan formalin 10% dengan dosis 250 ml/m³ air selama 10-15 menit dan diulangi 2-3 kali dalam selang waktu 2-3 hari.

Penyakit yang diakibatkan oleh Argulus

Argulus hidup dengan cara menghisap darah ikan. Kutu ikan ini dapat berpindah-pindah dari satu ekor ikan ke ikan yang lain. Tanda-tanda ikan yang terserang sering mati karena disengat dan dihisap darahnya. Gerakan ikan menjadi lambat dan pada badan kadang-kadang terdapat bintik merah. Pencegahan kutu ikan dapat dilakukan dengan pengeringan kolam secara berkala, sambil mengolah tanah, memupuk, mengapur kolam untuk memutuskan telur-telur Argulus, serta pergantian air kolam sesering mungkin.

Penyakit yang diakibatkan oleh Gyrodactylus dan Dactylogyrus Gyrodactylus dan Dactylogyrus adalah sejenis cacing sangat kecil yang hidup sebagai parasit ikan danmerusak insang serta kulit luar ikan. Insang yang diserang Gyrodactylus dan Dactylogyrus menjadi luka, kemudian timbul pendarahan akibat pernafasan ikan terganggu. Kulit ikan yang terserang menjadi berlendir banyak. Pengobatan terhadap ikan yang terserang dapat dilakukan dengan menggunakan larutan formalin 25mg/liter air.

Gejala Serangan dan Pengendalian Penyakit

1 Bakteri

Aeromonas hydrophyla Luka berwarna kemerah-merahan atau bercak-bercak merah pada bagian tubuh luar ikan,bisul berisi cairan,sirip rusak,insang pucat/ rusak, perut bengkak, ekor ikan rusak kadang-kadang putus. Malacheet Green,dosis 1-15 mg/ltr. Ikan yang sakit direndam selama 10-15 menit. Pengobatan dilakukan 3kali berturut-turut dengan jarak. Cangkang mahkota dewa 50 iris, daun sirih 10 lembar,direbus dalam 3 gelas air menjadi 1 gelas untuk Serangan yang ringan pada selaput lendir mengakibatkan ikan gatal-gatal dengan ciri ikan menggosokkan badan pada wadah budidaya. 2-3 hari. 50 liter air.

2 Protozoa (white sport)

Ichthyopthyrius multifilis

Merusak sel-sel lendir ikan dan dapat menyebabkan pendarahan sering terlihat pada sirip dan insang. Ikan yang sakit direndam dalam larutan garam dapur (NaCI) dosis 10-15gr/ltr air selama 20menit atau 25gr/ltr selama 10-15menit. Direndam dalam larutan Malacheet Green dosis 0,05mg/ltr selama 3-4 hari Cangkang mahkota dewa 50 iris, daun ketapang 5 lembar. Bahan direbus dalam 3 gelas air ,menjadi 1 gelas untuk 50 liter air.

3 Jamur Aphanomyces (menyerang dalam tubuh) Saprolegmia (menyerang bagian luar tubuh) Pada kulit ikan ditumbuhi benang-benang halus seperti kapas berwarna putih atau putih kecoklat-coklatan. Ikan yang sakit direndam dalam larutan Malacheet Green dosis 60gr/m³ selama 15 menit atau dalam larutan formalin (kadar 10%) dosis 1,5-2cc/tlr air selama 15 menit. Mahkota dewa 50 iris, 10 lembar daun sirih, rebus dalam 3 gelas air menjadi 1 gelas, tambahkan alkohol 70% sebanyak10 cc. Untuk peremdaman atau diteteskan pada luka.

4 Lernia Pada badan ikan ditemukan parasit yang menempel seperti cacing,ikan yang terserang mengalami luka-luka atau radang pada Ikan yang sakit direndam dalam larutan PK dosis 20-25mr/ltr selama 2-3 jam, atau larutan formalin Daun ketapang 5 lembar direbus dengan air secukupnya Tempat menempelnya parasit. Bila parasitnya dijabut akan terlihat bekas lubang pada tubuh ikan , sehingga ikan mudah terkena infeksi kedua oleh virus, bakteri, atau jamur. 10% dosis 250ml/ m³ selama 10-15 menit diulang 2-3 kali dalam selang waktu 2-3 hari. cc alkohol 70%. Untuk perendaman atau diteteskan pada badan ikan yang terkena learnea.

5 Argulus Ikan menjadi kurus sehingga menyebabkan kematian karana darah habis dihisap oleh argulus, gerakan ikan menjadi lamban. Ikan direndam dalam larutan garan dapur dosis 20g/ltr selama 5 menit Rebus 50 iris cangkang mahkota dewa dalam 3 gelas air menjadi 1 gelas untuk 50 liter air.

6 Cacing Gyrodactylus dan Dactylogyrus Timbul luka-luka sehingga terjadi pendarahan akibat pernafasan terganggu,kulit ikan menjadi Ikan direndam dalam larutan formalin 25 ml/ltr selama 10-15menit. 30gr biji pinang yang sudah halus direbus setelah Buah mahkota dewa (Phaleria macrocarpa) Kandungan buah mahkota dewa terdiri dari golongan alkanoid, tanin, flavonoid, saponin, lignan, minyak asiri, dan sterol. Senyawa ligna baru baru yang terdapat pada ekstrak daging buah mahkota dewa berfungsi sebagai antikanker dan antioksidan.

Daun sirih (Piper betel linn)

Sirih sebagai antiseptik mengandung dua jenis phenol, betel-phenol (chvibetol) dan chavicol yang sifat antiseptiknya lima kali lebih efektif dibandingkan dengan feno; biasa.

Biji pinang

Biji mengandung 0,3-0,6 alkaloid, arekain, guvakin. Red tannin 15%,lemak 14%,kanji dan resin

DAFTAR PUSTAKA

Balai Budidaya Air Tawar Sukabumi Jl. Salabintana 17, Tlp (0266) 225211 Fax.(0266)225240 Email: bbats@telkom.net

Daelami Deden A.S. Usaha Pembenihan Ikan Hisa Air Tawar, Jakarta, Penebar Swadaya, 2001.

Harmanto Ning, Menggempur Penyakit Hewan Kesayangan Dengan Mahkota Dewa, Jakarta, Penebar Swadaya, 2004.

https://www.google.com/search?q=ikan+baung&bav=on.2,or.r_cp.r_qf.&bvm=bv.45645796,d.aGc&biw=1137&bih=513&um=1&ie=UTF-8&hl=id&tbm=isch&source=og&sa=N&tab=wi&ei=Z-d5UZqtK4WBiQeAxoHIDQ#imgrc=AIglAyEwpbCgCM%3A%3BI0E4eNUPOBf3IM%3Bhttp%253A%252F%252Fadearisandi.files.wordpress.com%252F2011%252F04%252Fgambar-ikan-baung-sungai.jpg%3Bhttp%253A%252F%252Fadearisandi.wordpress.com%252F2011%252F04%252F27%252Fcrispy-kryptopterus%252F%3B575%3B355

Syofan dan Syafei L.S, 2005. Buku Seri Kesehatan Ikan “Baung Sehat Produksi Meningkat”. Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian, Jurusan Penyuluhan Perikanan, Bogor.

Tang, U.M. Teknik Budidaya Ikan Baung, Kanisius, 2003.

LihatTutupKomentar