Hallo sahabat Sejuta Informasi Kita, Pada Artikel yang anda baca kali ini dengan judul PENGENDALIAN DAN PENANGGULANGAN HAMA PENYAKIT PADA IKAN ARWANA GOLDEN RED, kami telah mempersiapkan artikel ini dengan baik untuk anda baca dan ambil informasi didalamnya. mudah-mudahan isi postingan yang kami tulis ini dapat anda pahami. baiklah, selamat membaca.
Ikan arwana yang bersisik mengkilap dan berwarna kemerahan tampak indah ketika melenggok diaquarium. Warna dan sosok tubuhnya adalah daya tarik yang utama. Sebagian orang mempercayai mitos bahwa ikan arwana adalah ikan pembawa hoki. Arwana dianggap mendatangkan rezeki dan keuntungan bagi pemiliknya. Keindahan dari sosok tubuhnya juga dianggap dapat menghilangkan stress.Sebagai ikan yang terancam punah, arawana dilindungi dan diawasi oleh pemerintah. Karena itu, ada larangan penangkapan arwana di perairan alami dan larangang perdagangan arwana hasil tangkapan. Namun sekarang arwana masih dicari dan diburu orang secara illegal untuk diperdagangkan.
Permasalahan yang sering dihadapi dalam pemeliharaan arwana adalah serangan penyakit. Secara alami, arwana sudah memiliki sistem pertahanan tubuh untuk smencegah masuknya patogen, yaitu : • Gabungan kulit, sisik, dan lendir yang berfungsi untuk menahan masuknya bahan yang bersifat toksik (racun). • Sistem sel darah putih dan organ tubuh ikan, seperti hati yang mampu menetralisir bahan-bahan yang bersifat toksik. • Vaksinasi untuk membentuk sistem kekebalan tubuh, sehingga dapat menghambat masuknya penyakit yang disebabkan oleh virus, bakteri, dan protozoa.
Pemicu munculnya penyakit pada arwana ada tiga, faktor yakni menurunnya kualitas lingkungan pemeliharaan, adanya jasad patogen, dan kondisi arwana yang lemah. Bila arwana terserang penyakit, dapat dipastikan ditimbulkan oleh beberapa faktor tersebut. Untuk mencegah dan mengobatinya maka harus diketahui faktor penyebabnya.
Sistematika
Sistematika arwana golden red menurut Weber dan Beaufort adalah sebagai berikut : • Filum : Chordata
• Subfilum : Vertebrata
• Kelas : Pisces
• Subkelas : Teleostei
• Ordo : Malacopterygii
• Famili : Osteoglossidae (Bonytongues)
• Genus : Sclerophagus
• Species : Sclerophagus formosus
Morfologi
Sclerophagus formosus sekarang dikenal sebagai ikan naga. Secara morfologi ikan arwana memiliki irri sebagai berikut : • Tubuh dan kepalanya tampak padat.
• Tubuh berbetuk pipih dan punggungnya agak datar.
• Panjang garis lateral atau gurat sisi yang terletak disamping kanan dan kiri tubuh 20-24 cm.
• Mulut mengarah keatas dan sepasang sungutnya mengarah kebawah.
• Ukuran mulutnya lebar dan rahangnya cukup kokoh.
• Jumlah gigi 15-17 buah.
• Memiliki tutup insang.
• Letak sirip punggung berdekatan dengan sirip ekor (caudal).
• Sirip anus lebih panjang dari pada sirip punggung, bahkan hampir mencapai sirip perut,
• Panjang arwana dewasa 30-80 cm.
• Sisik berbentuk bulat, berukuran besar dan permukaannya mengkilap.
Arwana Golden Red memiliki warna dasar kuning keemasan, terutama sisik kepalanya. Batas antara sisik golden red berwarna hitam. Bagian ekor dan sirip belakangnya berwarna kemerahan, tetapi bibirnya tidak bergincu seperti arwana super red. Warna emasnya tidak sampai kepunggung.
Habitat dan Penyebaran
Dihabitat aslinya arwana hidup diperairan tawar. Arwana menyukai sungai yang berarus lambat atau sedang dan rawa atau danau yang berkedalaman 2-3 meter. Arwana lebih menyukai danau yang dasarnya berlumpur, banyak ditumbuhi tanaman air, dan ber-pH agak asam. Daerah penyebaran arwana golden red yaitu perairan Riau, Jambi, Medan, dan Kalimantan.
Pemilihan Induk
Sebelum arwana dipijahkan sebaiknya calon induk diseleksi terlebih dahulu. Arwana yang akan dijadikan induk harus benar-benar berkualitas. Calon induk arwana hendaknya memenuhi kriteria sebagai berikut :
• Warna terang dan tidak pudar
• Sehat, bebas penyakit, dan tidak cacat
• Mata berwarna hitam dan dikelilingi oleh ring berwarna kuning kecoklatan
• Tubuh tidak bengkok
• Tutup insang bekerja sempurna
• Ukuran tubuh dan kepalanya besar
• Lubang mulut relatif kecil, tetapi rongga dalam mulutnya besar
• Pangkal ekor besar dan tebal dengan sirip ekor lebar
• Sisiknya besar dan tersusun rapi
Teknik Pemijahan
Dalam pemijahan arwana maka diperlukan rangsangan agar arwana mau memijah. Rangsangan tersebut dapat berasal dari luar tubuh atau dari dalam tubuh. Rangsangan dari dalam tubuh berasal dari telur yang matang dan munculnya hormon gonadotrofin yang dihasilkan oleh kelenjar hipofisa arwana. Rangsangan dari luar tubuh disebabkan oleh bau amis ikan lain yang sedang memijah atau bau amis yang sengaja dibuat. Bau amis dapat dibuat dari telur bebek atau telur ayam yang dikocok dengan air. Perangsang juga dapat dilakukan dengan mengeluarkan petrichor dari tanah. Pemijahan arwana secara alami adalah melalui pemijahan massal. Pemijahan ini umum dilakukan karena adanya kesulitan dalam menentukan secara pasti jenis kelamin arwana. Arwana dibiarkan pasangannya dan kawin sendiri secara alami. Proses pemijahan diawali dengan percumbuan yang ditandai dengan kedua ikan saling berkejaran. Kedua induk tersebut saling berenang berdekatan, kemudian meluncur keatas dan secara bersamaan keduanya mengeluarkan sel kelamin. Dalam proses perkawinan tersebut, arwana betina mengeluarkan telur dan arwana jantan mengeluarkan sperma. Setelah terjadi perkawinan, induk betina akan berenang membalik dan menyongsong telur yang telah dibuahi oleh induk jantan. Arwana betina akan memasukkan telur tersebut kedalam mulutnya. Telur tersebut akan melalui masa pengeraman dan penetasan didalam mulut induk betina selama 40-45 hari.
Pemeliharaan Larva
Setelah proses pengeraman selama 40-45 hari, jumlah larva yang dapat dikeluarkan sebanyak 30-50 ekor. Namun, ada juga yang mampu menghasilkan larva hingga 80-120 ekor. Larva atau benih yang berumur 30 hari masih dipelihara dalam akuarium, akuarium yang digunakan biasanya berukuran 100 x 50 x 40 cm atau yang dapat menampung air sebanyak 100 liter. Akuarium sebaiknya ditempatkan diruang yang bercahaya redup. Akuarium untuk pemeliharaan arwana berisi larva sebanyak 15-25 ekor.
Pemberian Pakan
Larva yang baru menetas tidak perlu diberi pakan karena masih mempunyai egg yolk (kuning telur) sebagai cadangan makanannya. Larva baru diberi pakan setelah berumur 45 hari atau setelah kuning telurnya habis. Larva dapat diberi pakan berupa kuning telur ayam atau bebek yang telah direbus. Setelah 1 minggu diberi kuning telur, anak arwana dapat diberi pakan hidup yang jinak. Arwana diberi pakan 3-5 kali sehari. Pakan yang diberikan untuk satu anakan arwana adalah dua ekor ikan atau udang untuk setiap pemberian pakan.
Jenis-Jenis Penyakit
Penyakit yang biasa menyerang arwana adalah sebagai berikut :
A. Penyakit bintik putih • Penyebab
Penyebab penyakit bintik putih adalah protozoa Ichthiopthirius multifiliis. Faktor pendukung penyebab pemyakit ini adalah kualitas air yang buruk, suhu yang terlalu rendah, pakan yang buruk, dan kontaminasi ikan lain yang sudah terkena penyakit bintik putih. Penularan penyakit ini dapat melalui air dan kontak langsung antar ikan.
• Gejala agian tubuh arwana yang diserang adalah sel lendir, sisik, dan lapisan insang. Arwana yang terserang penyakit ini tampak sulit bernafas, sering menggosok-gosokkan tubuhnya kedinding wadah, munculnya bintik putih pada insang dan sirip, lapisan lendir rusak, dan terjadi pendarahan pada sirip dan insang.
B. Penyakit penducle
• Penyebab Penyakit ini sering disebut dengan penyakit air dingin (cold water descareases) yang bisa terjadi pada suhu 160 C. penyebabnya adalah bakteri Flexbacter psychropahila yang berukuran sekitar 6 mikron. • Gejala Arwana yang terserang penyakit penducle tampak lemah, tidak mempunyai nafsu makan, muncul borok atau nekrosa pada kulit secara perlahan.
C. Penyakit Edward siella • Penyebab Penyebabnya adalah bakteri Edward siella terda yang berukuran sekitar 0,5-0,75 mikron. • Gejala Jika sudah terinfeksi penyakit ini, akan muncul luka kecil pada kulit dan daging arwana, disertai dengan pendarahan. Luka tersebut akan menjadi bisul dan mengeluarkan nanah. Serangan lebih lanjut dapat menyebabkan luka pada hati dan ginjal.
D. Penyakit gatal
• Penyebab Penyakit yang sering menyerang benih arwana ini disebabkan oleh Trichodina sp. bagian tubuh yang diserang adalah kulit, sirip, dan insang.
• Gejala Serangan penyakit gatal ditandai dengan gerakan arwana yang lemah dan sering menggosok-gosokkan tubuhnya kebenda keras dan dinding wadah pemeliharaan.
Cara Pengobatan Untuk mengetahui cara pengobatan arwana yang terserang penyakit dapat dilihat pada Tabel 1 berikut :
Tabel 1. Penyakit yang disebabkan oleh parasit
Bintik putih Methylene Blue (MB 1%) sebanyak 1 gram dilarutkan dalam 100 cc air. Ambil 2-4 cc larutan tersebut dan encerkan kembali didalam 4 liter air. Arwana yang sakit selanjutnya direndam didalam larutan tersebut selama 24 jam. Perendaman dilakukan 3-5 kali dengan selang waktu 1 hari. Arwana yang terserang penyakit yang disebabkan oleh parasit dapat diberikan ekstrak sambang darah. Dosis yang digunakan yaitu 0,5 ml ekstrak sambang darah untuk 5 liter air. Arwana yang terserang penyakit didipping setiap hari selama 30-60 menit, sampai arwana benar-benar sembuh.
Gatal Arwana yang sakit diobati dengan cara merendamnya di dalam larutan formalin 150-200 ml/m3 air atau 150-200 ppm selama 15 menit.
Tabel 2. Penyakit Yang Disebabkan Oleh Bakteri
Penducle Merendam arwana yang sakit di dalam oxytetracycline 10 ppm selama 30 menit (100 mg/l). Arwana yang terserang penyakit yang disebabkan oleh bakteri dapat diberikan ekstrak kunyit. Dosis yang digunakan yaitu 0,5 ml ekstrak kunyit untuk 5 liter air. Arwana yang terserang penyakit didipping setiap hari selama 30-60 menit, sampai arwana benar-benar sembuh. Edward siella Pengobatan dengan bahan kimia dapat dilakukan dengan mencampur Sulfamerazine ke dalam pakan. Dosis yang digunakan adalah 100-200 mg untuk setiap 1 kg berat arwana. Sulfamerazine tersebut diencerkan di dalam 1 m3 air bersih dan disemprotkan kepakan. Pakan didinginkan hingga kering dan diberikan kepada arwana berturut-turut selama 3 hari.
Uraian Tanaman Bahan Alami
A. Sambang darah (Excoecaria cochinnensis Lour) Sambang darah umumnya ditanam sebagai tanaman hias atau tumbuh liar dihutan dan ditanam dipekarangan sebagai pagar hidup atau tanaman obat. Tumbuhan ini merupakan tanaman perdu yang tumbuh tegak dengan tinggi 0,5-1,5 meter dan bercabang banyak. Tumbuhan ini dapat diperbanyak dengan stek batang atau cangkokan. Sifat dan khasiat Tumbuhan ini berkhasiat membunuh parasit (parasitisid), menghilangkan gatal (antipuritik), dan menghentikan pendarahan (hemostatis). Sifatnya hangat dan rasanya pedas. Kandungan kimia Sambang darah mengandung tanin, asam behenat, triterpenoid eksokarol, silosterol. Dan getahnya mengandung resin dan senyawa beracun. Bagian yang dapat digunakan untuk obat Bagian yang dapat digunakan sebagai obat adalah daun, batang dan akarnya.
B. Kunyit (Curcuma domestica Val)
Tanaman kunyit tumbuh bercabang dengan tinggi 40-100 cm. Batang merupakan batang semua, tegak, bulat, membentuk rimpang dengan warna hijau kekuningan dan tersusun dari pelepah daun (agak lunak). Bunga majemuk yang berambut dan besisik dari pucuk batang semua, panjang 10-15 cm dengan mahkota sekitar 3 cm dan lebar 1,5 cm, berwarna putih kekuningan atau kekuningan. Ujung dan daun pangkal runcing, tetapi daunnya yang rata. Kulit luar rimpang berwarna jingga kecoklatan, daging buah merah jingga kekuning-kuningan. Sifat dan khasiat Kunyit bersifat mendinginka. Zat dalam rimpang kunyit berkhasiat untuk menghambat atau membunuh mikroba. Bagian yang dapat digunakan untuk obat Bagian kunyit yang digunakan sebagi obat adalah umbi akar.
C. Cara pembuatan ekstrak Sambang darah :
Sebelum dibuat menjadi ekstrak, daun sambang darah harus dicuci bersih terlebih dahulu. Daun tersebut dihaluskan sebanyak 250 gram dan ditambah air sebanyak 50 ml. Setelah dihaluskan airnya diambil dengan cara menyaring. Air yang telah diambil merupakan ekstrak sambang darah. Kunyit : Sebelum dibuat menjadi ekstrak, rimpang kunyit dibersihkan terlebih dahulu. Rimpang yang sudah dibersihkan diparut sebanyak 250 gram dan ditambah air bersih sebanyak 50 ml. Setelah diparut kunyit diambil ektraknya dengan cara menyaring.
Pengobatan yang dilakukan dengan menggunakan bahan alami, merupakan tahapan percobaan, hal ini disebabkan karena dosis yang diberikan belum merupakan penemuan baku. Namun yang sudah pasti adalah pegobatan dengan bahan alami merupakan pengobatan yang baik, kerena sudah terbuktikan bisa menyembuhkan penyakit orang yang sudah parah, berarti dapat diteliti lebih lanjut untuk kesehatan ikan. Tanaman obat-obatan ini dapat ditemui dimana saja karena sebagian tanaman obat ini digunakan sebagai bumbu masak.selain itu juga diperlukan pelestarian tanaman obat-obatan ini, agar supaya tidak punah.
DAFTAR PUSTAKA
Bachtiar, Yusuf, Tim Lentera. “Menyingkap Rahasia Penangkaran & Budidaya Arwana”. (Jakarta : Agromedia Pustaka, 2004).
Dalimartha ,S. “Atlas Tumbuhan Obat Indonesia”. (Jakarta: Puspa Swara, anggota IKAPI 2004).
http://www.arowana.com
http://www.google.com/imgres?imgurl=http://www.aqua-fish.net/imgs/fish/silver-arowana-4.jpg&imgrefurl=http://www.aqua-fish.net/show.php%3Fh%3Dsilverarowana&usg=__3eflCbLescuFvEJeDp_v3xYn3EE=&h=600&w=800&sz=38&hl=id&start=6&sig2=UF4Px4UqV2sIpET0bjwfdA&zoom=1&tbnid=-vn0T5shCGGc9M:&tbnh=107&tbnw=143&ei=VeR4UeGeB8bPrQeY8oHQBA&itbs=1&sa=X&ved=0CDYQrQMwBQ
H.R. dan Syafei L.S, 2005. Buku Seri Kesehatan Ikan “Arwana Sehat Produksi Meningkat”. Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian, Jurusan Penyuluhan Perikanan, Bogor.