Hallo sahabat Sejuta Informasi Kita, Pada Artikel yang anda baca kali ini dengan judul PENGENDALIAN DAN PENANGGULANGAN HAMA PENYAKIT PADA IKAN BARONANG, kami telah mempersiapkan artikel ini dengan baik untuk anda baca dan ambil informasi didalamnya. mudah-mudahan isi postingan yang kami tulis ini dapat anda pahami. baiklah, selamat membaca.
Pemilihan dan jenis lingkungan hidup yang tepat untuk budidaya adalah merupakan salah satu persyaratan yang khusus diteliti. Perikanan merupakan salah satu tumpuan pemerintah dalam rangka mencukupi kebutuhan protein hewani di samping daging, telur dan susu.Usaha budidaya ikan Baronang sangat menarik dan perlu dikembangkan untuk menaikan taraf hidup nelayan dan mencukupi kebutuhan protein.
Taksonomi
Ikan Baronang bagi masyarakat nelayan merupakan ikan yang berbisa karena duri-duri pada sirip dapat menyengat sehingga menimbulkan rasa sakit. Mereka kenal beberapa jenis sehingga namanya berbeda-beda satu dengan lainnya. Ikan ini mempunyai bentuk yang lebar dengan tanda-tanda khusus, sirp punggung (dorsal fin) terdiri dari 13 duri keras (spine) dan 10 jari lemah (rays), kecuali siganus gutatus yang mempunyai 13 sampai 17 buah. Sirip dubur (anal fin) terdiri dari 7 buah dan 9 jari lemah.
Klasifikasi menurut GAGLER et al. (1962) adalah:
- Kelas : Ostheichhyies
- Ordo : Perciformes
- Sub Ordo : Acanturoidei
- famili : Siganidae
- Genus : Siganus
- Species : Siganus spp
PROSES PEMBENIHAN IKAN BARONANG
Ikan Baronang (siganus spp) mempunyai musim berpijah antara bulan Januari sampai dengan September tergantung pada species dan tempetnya. Di Singapore dan Philippine Siganus caniliculatus memijah antar bulan Januari sampi dengan bulan April (LAM 1974 dan MONACOP,1937). Sedangkan di pulau, iksn ini memijah antara bulan Maret sampi dengan bulan Juli. Di teluk Banten pemijahan ini terjadi pada bulan Januari sampai februari dan Juli-Agustus. Tetapi George (1972) menemukan bahwa, sampai bulan September masih ada ikan yang memijah di tempat yang sama.
Beberapa peneliti sependapat bahwa,saat memijah sangat di pengaruhi oleh fase bulan Di alam ikan memijah sekitar bulan baru, demikian pula pemijahan alami yang terjadi didalam teknik percobaan.
Pemijahan Alami
Induk-induk ikan yang matang telur hasil pembesaran dalam kurungan terapung dipindahkan kedalam bak-bak pemijahan. Perbandingan induk jantan dan betina yang ideal adalah 1:1, dewngan berat 1 sampai 1,5 kg/ekor. Induk ikan biasanya memijah pada bulan gelap, antar 5-9 hari setelah bulan gelap bulan gelap dan waktu memijah sekitar petang menjelang malam
Fekunditas
Ikan Baronang mempunyai fekunditas yang relatif tinggi jumlah telur yang di kandung tergantung pada besarmya ikan. Siganus canaliculatus yang panjang totalnya antara 11-14 cm mempunyai telur sebanyak 300.000-400.000 butir Monacop, 1937 dan LAM, 1974). Siganus vermiculatus mempunyai telur sebanyak 300.000 butir Popper, 1976). Pemijahan rangsangan yang dilakukan terhadap ikan siganus canaliculatus yang panjangnya 22-25 cm mengeluarkan telur sebanyak 210.000-460.000 butir (Tanaka dan Basyari, 1981). Telur dalam ovary ikan yang berukuran 22-27 cm, yaitu sebanyak 200.000-1.300.000 b utir (Tanaka dan Basyari 1981).
Pemeliharaan Larva
Telur akan menetas 22-24 jam setelah pembuahan, pada suhu air 26-29oc. Larva ikan ini sangat peka terhadap perubahan perubahan fisik dan kimia air, seperti salinitas, suhu, kadar oksigen terlarut, amoniak dan kandungan kimia lainya, sehingga penanganan terhadap kualitas air sangat diutamakan agar larva yang sudah menetas menjadi sehat dan mempunyai rasio kelangsungan hidop yang tinggi. Untuk itu di perlukan persiapan-persiapan yana mantap sebelum terjadi penetasan. Suhu air yang ideal antara 26-30oc. Suhu air akan mempengaruhi terhadap laju metabolisme dalam tubuh ikan sehingga pertumbuhan ikan pun akan terpengaruh. Bila suhu air lebih rendah maka pertumbuhan akan terhambat, bila suhu air terlalu tinggi larva akan mengalami stress dan meningkatkan mortalitas. Hindari perubahan suhu secara mendadak khususnya waktu prgantian air pH air selalu dikontrol, paling kurang dua kali dalam sehari. Dari hasil penelitian menunjukan bahwa, nilai ph 7,6-8,0 adalah cukup baik untuk pertumbuhan larva ikan Baronang.
Oksigen terlarut setidak-tidaknya 4 ppm, dengan tingkat kejenuhan lebih kecil dari 100% dan kadar nitrat harus dibawah 0,5 ppm Salinitas yang umum untuk pemeliharaan adalah sekitar 30-31%. Khusus untuk ikan Baronang (siganus spp). Larva yang berumur 1-20 hari berada pada salinitas 25-28%o sedang pada umur 20-30 hari berada pada 28-30%o dan diatas umur 30 hari menyukai salinitas diatas 30 o/oo.
Pakan Dan Cara Pemberiannya
Ikan Baronang adalah pemakan tumbuh-tumbuhan (herbivora), hal ini dengan morfologi dari gigi dan saluran pencernaannya yaitu, mulutnya kecil mempunyai gigi seri pada masing- masing rahang dan mempunyai permukaan yang luas. Di alam ikan beronanang dewasa memakan jenis rumput laut yaitu padina sp, cladophropsis, Gelidium. Sedang Baronang juwana lebih menyukai algae. Berbeda dengan ikan Baronang yang hidup diperairan bebas, ikan Baronang yang tertangkap dan dibudidayakan mampu memakan makanan apa saja yang di berikan. Jenis makanan yang diberikan tidak hanya tergolong tumbuhan saja tetapi juga makanan buatan seperti pellet, tepung tapioka, tepung ikan, dan daging ikan dan moluska, slada dan kangkung.
Larva ikan Baronang umumnya di beri pakan yang terdiri dari phytoplankton yang umum di berikan adalah : chlorella sp, Tetrsselmes suecia, Pheo dacthylum dan jenis zooplankton yang diberikan adalah rotifera, Nauplius, Artemia, Copepoda. Dari beberapa macam jenis jasad pakan tersebut tidak diberikan pada waktu yang bersamaan melainkan disusun menurut jadwal yang tertentu sesuai dengan perkembangan mulutnya.
Setelah larva berumur 15-17 hari, dimana perkembangan larva mempunyai tahapan-tahapan yang disesuaikan dengan perkembangan larva, yaitu perkembangan lebar mulut dan perkembangan pencernaanya. Berbeda dengan ikan Baronang dewasa, tahapan-tahapan yang dilakukan adalah jumlah pakan yang harus disesuaikan dengan berat ikan. Sedang pada larva, ukuran dan jenis jasad pakan yang harus di sesuaikan dengan perkembangan mulutnya. Setelah larva berumur 15-17 hari, dimana perkembangan mulut sudah semakin membesar, pada saat itu pakan ditambah dengan artemia. Tiga hari kemudian yaitu pada hari ke-20, copepoda (Tignopus sp) ditambahkaqn walaupun jasad pakan lain masih tersisa dalam tangki. Pada minggu ketiga sudah bisa diberikan daging udang, atau daging ikan yang dicincang. Biasanya larva berenang setelah berumur 3-4 hari mulutnya mulai terbuka, pada saat itu mereka aktif mencari makanan. Oleh karena itu makanan alami (phyto dan zooplankton) harus tersedia sebelum larva membuka mulutnya. Pada umur 0-5 hari jenis makanan yang diberikan adalah larva bivalva dengan jumlah 2-5 ekor/ml. Sedangkan rotofera yang dinokulasi sebelumnya mempunyai kepadatan 5-10 ekor/ml. Pada hari ke 20-30 densitas rotifera dijaga agar tetap pada densitas 50 ekor/ml. Naupli dan copepoda ditambahkan dengan densitas 0,5ekor/ml, pada saat larva berumur 15-30 hari. Pada hari ke 20-35 densitas naupli dan copepoda ditingkatkan menjadi 1-2 ekor/ml. Daging udang yang dicincang dapat di berikan setelah hari ke 20. Pada hari 35-60 makanan yang diberikan adalah daging udang /ikan yang dicincang seanyak 80-100% dari bobot berat larva, dan jumlah tersebut adalah jumlah total dalam satu hari (4-5 kali sehari). Pada saat ini perlu dilakukan sampling. Untuk mengetahui berat rata-rata larva dan sehubungandengan penentuan jumlah pakan.
PENANGANAN PENYAKIT
Pada umumnya penyakiy menyerang ikan Baronang disebabkan oleh sejenis parasit yang menyerang bagian insang. Parasit ini dikenal denagan nama monogenetic trematoda. Serangan berat parasit ini dapat menyebabkan gangguan pada system pernafasan sehingga pada akhirnya ikan yang terserang akan mati kekurangan oksigen. Pada species Siganus spinus yang tertangkap diGuam pernah ditemukan sejenis parasit yang dikenal dengan nama microcotyl mouwei penyakit ini juga diketahui menyerang siganus fucencesis yang tertangkap di jepang iksn beronag yang di pelihara dal;am jaring keramba apung.
Diagnosa Gejala Penyakit
Untuk mengetahui jenis penyakit dan cara pencegahanya diperlukan diua tahapan diagnosa yaitu diagnosa klinik dan diagnaosa laboratorium. Disgnosa klinik dapat dilakukuan dilapangan dan mata telanjang, serts menggunakan alat-alat sederhana seperti pinset, gunting dan mikrokoskop. Dan untuk menentukan nama ilmiah parasit, bentuk dan jennisnya dapat dilakukan dilaboratorium
Ada beberapa hal yang perlu di perhatikan dalam melakukan diagnosa klinik yaitu : - Melihat ketidaknormalan dari ikan yang dibudidayakan
- Mengumpulkan data
- Mengambil sample dan membawanya ke laboratorium
- Mencari data biologi sample dan mengamati organ-organ tubuh ikan
- Periksa kembali dan lakukan diagnosda ulang.
Gejala penyakit pada ikan yang dibudidayakan dapat dilihat atau amati secara mata telanjang apa bila; ada kelainan tingkah laku yaitu salah satu atau beberapa ikan keluar dari kelompoknya dan cara berenangnya miring.
Pencegahan Ikan Sakit
Pencegahan ikan sakit dapat di bagi atas dua langkah yaitu :
1. Berdasarkan teknik budidaya ; tindakan-tindakan yang harus dilakukan antara lain adalah : menghentikan pemberian pakan pada ikan, mengganti pakan dengan jenis yang lain, mengelompokan ikan menjadi kelompok-kelompok yang kepadatanya/densitasanya rendah dan mungkin ikan-ikan dipanen
2. Berdasarkan terapi kimia Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam tahap ini adalah : di tengelamkan dalam tempat budidaya, disebarkan pada permukaan , dan dicampurkan pada pakan.
Pada ikan Baronang biasanya banyak kedapatan parasit jenis monogenetic trematoda pada bagian insang. Parasit ini dapat dilakukan dengan menggunakan dipterex (organo posfgat, Dylox, Masoten, Negevau).
Pencegahan Penyakit
Untuk mencegah agar ikan yang dibudidaya tidak terkena penyakit dapat dilakukan langkah-langkah seperti berikut : Menjaga jebersihan tempat budidaya, menjaga lingkungan/tidak tercemar oleh limbah industri dan bahan-bahan kimia lainya dan memberikan jenis pakan yang tidak terkontaminasi dengan jamur.
DAFTAR PUSTAKA
Basyari, A. dan E Danakusumah, 1985, Sub Balai Penelitian Budidaya Pantai Bojonegoro Serang.
Basyari, A. dan Tanaka. H, 1985. pengaruh prbedaan kandungan protein dalam diet pada Budidaya Laut Lampung.
Tumurang A dan Syafei L.S, 2005. Buku Seri Kesehatan Ikan “Baronang Sehat Produksi Meningkat”. Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian, Jurusan Penyuluhan Perikanan, Bogor.
https://www.faunadanflora.com/panduan-lengkap-cara-budidaya-ikan-baronang-bagi-pemula/